REPUBLIKA.CO.ID,BOGOR — Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengklarifikasi tudingan penggelembungan anggaran (mark up) pembelian enam unit Sukhoi Su-30MK2 dari Rosoboronexport, Rusia.

Menurut Agus, proses pengadaan alutsista itu semuanya di lakukan dengan tender. Kecuali yang sudah pernah dilakukan,  pengadaan bisa saja melakukan pembelian ulang.

Dikatakannya, kalau dilakukan pembelian ulang maka bisa saja referensinya yang lama itu berbeda dengan yang baru. Misal, katanya harga satu unit Sukhoi 50 juta dolar AS dan sekarang harganya naik menjadi 70 juta dolar AS, maka dilakukan pemesanan ulang.

Karena ada pemesanan ulang, kata Panglima TNI, hasilnya dikirim Mabes TNI kemudian dilaporkan ke Kementrian Pertahanan (Kemenhan). Adapun di Kemenhan dilakakuan verifikasi oleh tim penyeleksi akhir terkait pengadaan barang.

“Apakah ada mark up tidak? Gak mungkin! Jadi semuanya diserahkan ke Kemenhan, dan memang prosesnya seperti itu,” kata Agus usai panen padi Siliwingai Parikesit Dewi Sri Agung di Desa Tegal Panjang, Bogor, Sabtu (3/3).

Pihaknya menegaskan, siap mengikuti mekanismenya berlaku. Artinya jika ada penggelembungan anggaran, berarti semua lini ini akan bertanggung jawab, mulai dari yang melakukan evaluasi akhir hingga yang membutuhkan alutsista.

Karena itu, Agus belum bisa memastikan apakah akan melakukan tender ulang atau tidak. Pasalnya tudingan itu belum tentu benar. "Proses pengadaan terus berjalan."

Dia menjelaskan, yang namanya tender dari sekian banyak orang melakukan penawaran, dipilih yang paling memungkinkan dan murah. Agus mengatakan, semua prosedur itu sudah dilakukan dan sekarang menunggu klarifikasi Komisi I DPR. “Jadi kita lihat prosesnya. Tender pembelian dengan memilih yang murah, yang paling baik, itu sudah dilakukan,” kata Agus.

Ikuti Whatsapp Channel Republika