Rabu 07 Mar 2012 17:41 WIB

Ini Awal Mula Membengkaknya Rekening Rp 17 M, Ajib

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Petugas pajak kembali menjadi perhatian publik. Perhatiannya tidak lain karena rekening yang dimilikinya 'gendut'. Hal yang tidak wajar untuk seukurannya.

Kali ini adalah Ajib Hamdani yang menjadi perhatian publik. Petugas pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kelapa Gading sebagai Pelaksana ini diduga memiliki rekening yang totalnya mencapai Rp 17 Miliar.

Namun, pria kelahiran di Magelang, 7 Desember 1980 itu membantah semua tudingan tersebut. Karena menurut dia, angka sebesar Rp 17 miliar tersebut hanya merupakan akumulasi transaski atau perputaran uang dari 2002 hingga 2009 (2010?). Istilahnya adalah 'Gross In-Gross Out'.

Secara panjang lebar, mahasiswa STAN Jurusan Penilai/PBB angkatan 1999 dan lulus pada 2002 ini menjelaskan semua tudingan tersebut dalam blognya http://ajib.diamondgroup.co.id/?p=3. Berikut adalah tulisan 'klarifikasi' dalam blognya itu.

...Tetapi, bagaimanapun, itu masih menimbulkan pertanyaan, masa PNS bisa mempunyai perputaran uang sebesar itu. Ya, memang bisa. Setelah lulus dari DIII Penilai/PBB pada tahun 2002, Ajib penempatan pada awal tahun 2004. Selama 1,5 tahun, Ajib Hamdani dan seluruh angkatan Penilai/PBB lulusan 2002 statusnya magang.

Nah, selama magang ini, Ajib dan 47 orang lainnya, menerima gaji secara cash dari kantor pusat pajak. Untuk mengambil gaji tunai tersebut, ditunjuklah koordinator angkatan oleh intern lulusan. Termasuk jurusan-jurusan yang lain juga melakukan hal sama. Untuk lulusan Penilai/PBB, ditunjuklah secara aklamasi, bukan urut ganteng loh) , Ajib Hamdani.

Jadi Ajib bertanggung jawab mengambil uang secara tunai di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berupa gaji, tunjangan, IPK, Gaji ke-13, SPPD, dll. Uang ini kemudian dimasukkan ke rekening atas nama Ajib pribadi dulu. Kemudian Ajib mengambil tunai, sebagian untuk dimasukkan ke rekening isteri, Ratna Sari (yang kebetulan waktu itu juga masih pegawai pajak), baru kemudian didistribusikan secara manual melalu transfer ATM.

Kenapa harus sebagian lewat rekening isteri? Jawabannya sederhana, untuk memperbanyak saldo limit transfer harian. Jadi, bisa dibayangkan, untuk satu jenis transaksi tersebut, jumlah uang yang riel berputar sebenarnya hanya sebagian.

Contoh illustrasi: uang dimasukkan cash Rp. 100.000.000,- (seratus juta), kemudian diambil tunai Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta), dimasukkan ke rekening isteri, maka total Gross In-Gross Out untuk jenis transaksi ini akan terakumulasi. Akumulasi nilai yang dilihat adalah rekening Ajib Hamdani dan Isteri. Bisa dibayangkan, dalam waktu 1,5 tahun, berapa nilai Gross In-Gross Out. Belum penghitungan untuk IPK, SPPD, dll.

Kemudian pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007, semasa Ajib Hamdani dan 39 teman-temannya melaksanakan sekolah dinas di Universitas Diponegoro (UNDIP), kebijakan gaji, tunjangan, IPK, SPPD, dll kembali dengan sistem mengambil tunai di Kantor Pusat DJP.

Untuk masa 2 (dua) tahun itu, kembali Ajib diberi amanah sebagai koordinator. Kembali ke rutinitas sebelumnya, ambil uang tunai, setor ke rekening pribadi, sebagian ke rekening isteri, transfer ke seluruh penerima yang berhak, dan seterusnya.

Setelah tahun 2007 penempatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kelapa Gading, Ajib sudah memulai sebagian bisnisnya, yang bergerak di bidang industri. Dimulai mendapatkan Purchase Order (PO) dari WIKA Intrade untuk memproduksi regulator tabung gas di Cileungsi.

Berhubung belum ada rekening perusahaan, maka pembayaran invoice dan perputaran uang, memakai rekening pribadi (untuk bagian ini akan dijabarkan lebih lanjut di bagian bisnis). Dengan adanya pemakaian rekening untuk begitu banyak kegiatan, perputaran angka sebesar 17 Milyar akan menjadi sangat logis.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement