REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Aksi polisi di New York yang memata-matai kaum Muslim yang menetap di sana, tidak hanya membuat kesal umat Islam sendiri, tetapi juga Biro Investigasi Federal (FBI). Karena, pengawasan kepolisian New York yang berlebihan itu dinilai telah merusak upaya FBI untuk membangun hubungan baik dengan Muslim AS pasca-serangan 11 September 2001.
Kepala Badan FBI Divisi Wilayah Newark, New Jersey, Michael B. Ward mengatakan, kebijakan polisi di New York semakin mempersulit FBI dalam perang melawan terorisme. Terutama dengan pendekatan FBI kepada komunitas Muslim AS, yang akhirnya menimbulkan ketidakpercayaan akibat pengawasan yang dilakukan Kepolisian New York.
"Ketika masyarakat Muslim AS tidak mau bekerja sama, maka akan mempersulit dan menghalangi kami untuk menggali informasi lebih lanjut," kata Ward yang dilansir New York Times, Rabu (7/3).
Kewenangan hukum dari polisi New York untuk melakukan pengawasan di luar kota telah dipertanyakan. Komisaris Kepolisian New York, Raymond W. Kelly, tetap membela kebijakan lembaganya yang kontroversial bagi komunitas Muslim tersebut
Ward melihat apa yang dilakukan kepolisian New York ini dalam praktiknya tidak begitu bermanfaat. Langkah tersebut juga dinilai tidak efektif untuk mengumpulkan informasi intelijen dan berbagai upaya kontraterorisme.
"Muslim AS semakin khawatir kalau mereka diikuti dan mulai tidak dapat percaya pada penegakan hukum. Itu akan memiliki dampak negatif," ujar Ward.