REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nashih Nashrullah/Laporan dari Karachi, Pakistan
Rombongan Global March to Jerussalem (GMJ) asal Indonesia telah tiba di Karachi, Pakistan, Sabtu (10/3), tepat pada pukul 16.30 waktu setempat. Kedatangan Tim GMJ dari Indonesia disambut hangat panitia GMJ setempat.
Rombongan dari Indonesia menumpang pesawat dengan nomor penerbangan UL 183. Penyambutan dilakukan panitia GMJ di Bandara Internasional, Jinnah, Karachi, Pakistan. Nama Jinnah, diambil dari salah satu tokoh berpengaruh di Pakistan, yani Mohammad Ali Jinnah. Ia adalah tokoh penting yang berjasa merebut kemerdekaan Pakistan dari penjajahan Inggris. Pakistan merupakan bahasa Urdu yang berarti 'Tanah yang Murni'. Republik Islam Pakistan merdeka pada 1947.
Haar, istilah untuk bunga mawar dan melati yang dikalungkan ke leher peserta GMJ, sebagai tanda selamat datang, dari panitia GMJ lokal. Anggota Palestine Foundation Pakistan (PLF), Zissan, berkehormatan melakukan penyambutan itu. Delegasi Indonesia diwakili Ketua Komite GMJ Indonesia via Darat, Muhamad Ma’ruf.
Ma’ruf mengatakan, rombongan akan singgah di Karachi selama tiga hari. Selama kurun waktu tersebut, telah diagendakan pertemuan dengan sejumlah intansi penting, antara lain: tokoh politik dari Partai Jamaah Islamiyyah, sebuah partai berbasis Islam, yang menduduki peringkat suara terbesar ke dua di negara yang terletak di Asia Selatan ini. Selain itu, rombongan akan bertemu dengan delegasi lainnya, dari India.
Suasana Karachi, menyegarkan kembali ingatan saya akan Kairo, Mesir, sepuluh tahun lalu. Kesan gersang dan tandus adalah pemandangan pertama yang akan didapati, begitu keluar dari Bandara. Cuacanya lumayan bersahabat. Selama Februari hingga Maret merupakan masa peralihan dari musim dingin ke musim panas, tepatnya musim semi. Hawanya, tidak terlalu panas ataupun dingin.
Penginapan tim GMJ Indonesia berlokasi tak jauh dari Bandara Jinnah, sekitar 30 km. Bis mini pun, mengantarkan rombongan ke villa yang beralamat di Gulshan-e-Maymar, di jalan protocol Main Super Highway. Antara Kairo dan Pakistan tak jauh berbeda. Tenda-tenda kumuh warga, banyak berdiri. Sementara, tak jauh dari lokasi, apartemen dengan dua atau tiga lantai, berdiri kokoh.
Keduanya, sama-sama negara berkembang. Masih banyak ketimpangan sosial, antara yang miskin dan kaya. Tetapi, juga memiliki kemiripan sama, masyarakatnya ramah dan bersahabat. “Kushamded,” ujar Zissan, dalam bahasa Urdu yang berarti selamat datang. Sambutan hangat nan berarti bagi kami yang jauh dari kampung halaman, sekaligus mengobati kerinduan akan sanak famili.