REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG -- Dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bukan hanya dirasakan oleh nelayan dan sopir angkutan umum, petani juga. Contohnya saja, di Desa Tambakjati, Kecamatan Patokbeusi, Subang, terancam merugi. Petani di desa ini kehilangan pendapatan sebesar Rp 100 ribu per ton.
Ketua gabungan kelompok tani Mitra Tani Desa Tambakjati, Manaf Hadi Permana, mengatakan, selama ini harga hasil produksi pertanian petani di desa ini jauh lebih murah dibanding desa lain. Perbedaan harga tersebut mencapai Rp 100 ribu per ton. Perbedaan tersebut, disebabkan jalan penghubung ke desa ini rusak parah. "Apalagi nanti setelah BBM naik, pasti harga gabah kami lebih murah," kata Manaf, Ahad (11/3).
Saat ini saja, para tengkulak gabah malas membeli gabah petani desa ini. Apalagi nanti setelah BBM naik, kata dia, pasti hasil produksi ini tambah murah. Perhitungannya biaya BBM kendaraan para tengkulak akan lebih mahal. Sebagai kompensasinya, mereka menekan harga hasil produksi.
Menurut Manaf, seharusnya pemerintah mengkaji ulang rencana kenaikan BBM ini. Karena, pihak yang paling dirugikan yaitu masyarakat kecil di peloksok pedesaan.