REPUBLIKA.CO.ID, BALANDI -- Bergerak dari rumah ke rumah, seorang tentara menembaki penduduk Afghanistan disaat mereka tertidur, Ahad (11/3) di dua desa yang terletak di distrik Panjwai. Sebanyak 16 orang tewas.
Sebagian besar yang terbunuh adalah anak-anak dan perempuan. Serangan ini menyulut kembali kemarahan warga Afghanistan terhadap kehadiran AS di negaranya. Setelah membunuh penduduk, tentara juga membakar jasad mereka.
Menurut keterangan pejabat AS dan Afghanistan, serangan itu terjadi sekitar pukul 03.00 dini hari. Lokasi penembakan adalah dua desa yang terletak di distrik Panjwai. Distrik ini merupakan pedesaan yang terletak di luar Kandahar. Distrik ini juga dikenal sebagai tempat lahir dan pusat komando Taliban.
Penduduk desa meringkuk ketakutan ketika tentara itu menembaki rumah mereka. Menurut mereka, tentara itu memasuki tiga rumah dan menembaki orang di dalamnya.
Sebelas orang yang tewas merupakan satu keluarga. Sedangkan, sembilan di antaranya adalah anak-anak.
Pejabat AS mengatakan, tentara tersebut adalah sersan Angkatan darat AS. Dalam insiden itu, ia bertindak sendirian. Laporan awal menunjukkan ia kembali ke pangkalan setelah penembakan dan menyerahkan diri. Dia telah ditahan di sebuah pangkalan NATO di Afghanistan.
Tersangka penembakan tersebut berasal dari Joint Base Lewis-McChord, Washington ditugaskan untuk mendukung unit operasi khusus Green Berets atau Navy SEAL. Operasi tersebut merupakan salah satu bagian dari rencana NATO untuk membantu masa transisi di Afghanistan. Pasukan khusus yang bertugas di sana dipilih oleh tokoh desa untuk mengawasi lingkungan desa.
Beberapa penduduk percaya serangan tersebut dilakukan lebih dari satu orang. "Satu orang tidak bisa membunuh begitu banyak orang," ujar salah satu warga Desa Balandi, Bacha Agha, Senin (12/3). Menurutnya, mereka tidak terima jika pemerintah menyatakan penyerangan tersebut dilakukan oleh satu orang.
"Tidak ada Taliban di sini dan tidak ada baku tembak," teriak seorang wanita yang kehilangan empat anggota keluarganya di Desa Alokzai.
Sebanyak 12 orang yang tewas berasal dari Desa Balandi. Seorang petani Samad Khan mengatakan ia kehilangan 11 anggota keluarganya, termasuk perempuan dan anak-anak. Salah satu tetangganya juga menjadi korban. Menurut Khan, tindakan itu tidak manusiawi dan bertentangan dengan semua agama.
Di tempat lain, seorang perempuan menyibak selimut biru bermotif bunga warna pink. Di dalamnya terbaring jasad anaknya yang berusia dua tahun dengan baju berkumuran darah. "Apakah anak ini Taliban?" katanya. Pasukan AS selalu menakut-nakuti kami dengan anjing dan helikopter saat malam hari.
Ratusan warga berkumpul untuk melepas jenazah ke pemakaman. Seorang petugas mengambil selongsong peluru dari lantai rumah dan meletakkannya dalam kantong plastik. Fotografer AP melihat ada 15 jasad yang berasal dari dua desa. Beberapa tampak terbakar dan lainnya ditutupi kain.
Pasukan AS sebelumnya juga terlibat dalam kekerasan lain di daerah yang sama. Empat tentara dari Brigade Stryker, Lewis-McChord, Washington dijebloskan ke penjara karena membunuh seorang warga sipil saat berpatroli pada 2010.
Mereka didakwa dengan karena membunuh warga hanya demi kesenangan. Warga tersebut dilempari granat dan ditembak dengan senapan mesin. Mereka kemudian meletakkan senjata di samping jasadnya agar terlihat seolah-olah terjadi baku tembak.