REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI – Puluhan massa ormas Islam dari Pagar Aqidah (Gardah) mendatangi Hotel Tjimahi, yang beralamat di Jalan Raya Cibabat Timur No. 465 Kota Cimahi, Kamis (15/3). Mereka menduga, dihotel tersebut telah dijadikan tempat kegiatan pemurtadan agama.
Massa yang berkumpul di halaman Masjid Agung Kota Cimahi, sejak pukul 07.00 WIB. Dan bergerak mendatangi lokasi sekitar pukul 10.00 WIB.
Ketua Umum Gardah Markas Komando Jawa Barat, Suryana Nurfatwa, menduga telah berlangsung kegiatan pemurtadan melalui pembaptisan di hotel tersebut. "Kali ini, ada sekitar 70 saudara kami (Muslim) yang dimurtadkan dengan cara dibaptis. Kami ingin menyelamatkan," kata Suryana.
Akan tetapi, sesampainya di hotel, massa Gardah tidak menemukan kegiatan pembaptisan tersebut. "Pencegahan kami bocor, dibatalkan, atau pindah lokasi. Kami akan mencari lokasi dipindahkan, dan menyelamatkan aqidah saudara kami," ujar Suryana.
Suryana menuding salah satu lembaga misi bernama Lembaga Pemerhati Mahasiswa Indonesia (LPMI), yang dipimpin oleh Pendeta Paulus adalah 'dalang' dari pemurtadan tersebut. "LPMI sebenarnya adalah Lembaga Penginjilan Muslim Indonesia," tuduh Suryana.
Menurut dia, lembaga misionaris ini telah menjadikan masyarakat miskin dari berbagai wilayah Jawa Barat yang kesulitan ekonomi sebagai target kegiatannya. "Mereka diiming-imingi dengan dibebaskan dari hutang, diberi modal, dan kebutuhan hidup lainnya," papar Suryana.
Kegiatan yang diduga oleh Suryana, ternyata dibenarkan oleh pemilik hotel tertua di Cimahi tersebut. "Kami memang menerima pesanan 'katering' sebanyak 30-40 dus konsumsi dan sewa taman serta kolam renang dari Paulus untuk hari ini," ujar pemilik Hotel Tjimahi, Henni Tedjo Soewarno.
Akan tetapi, sebagai pemilik dan pengelola, dirinya tidak mengetahui kegiatan apa yang akan dilakukan oleh pemesan tersebut. "Kurang etis kalau bertanya, karena saya berbisnis," kata Henni.
Untuk itu, guna mengantisipasi adanya kegiatan pemurtadan lainnya. Suryana mengajak pengelola Hotel Tjimahi agar bekerjasama dalam menjaga kerukunan beragama.