REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laskar Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) yang menjadi jaringan pemuda-pemudi Aswaja Nahdlatul Ulama dibentuk untuk mencegah terorisme. Gerakan terorisme dinilai mengancam keamanan negara sehingga harus dilawan dengan pemahaman keagamaan tandingan.
"Laskar ini akan memerangi mereka secara kultural," jelas Ketua Dewan Pembina Laskar Aswaja, Marwan Ja'far, setelah apel laskar di Jakarta, Ahad (18/3). Laskar ini nantinya akan menyebarkan paham Aswaja agar pemahaman keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan dapat menyatu.
Mereka akan berdiri di garda terdepan menyebarkan sejumlah pemahaman keagamaan. Pemahaman ini juga akan melawan pemahaman terorisme yang dinilai menyelewengkan ajaran Islam. Anak turunan dari paham terorisme seperti pemahaman radikalisme juga akan dilawan. "Basis kita adalah budaya, dengan memanfaatkan kearifan lokal," imbuhnya.
Islam, menurut Marwan, berdiri di atas dan untuk semua golongan, tidak memihak kepada satu golongan tertentu. Fungsi Islam adalah menjadi penengah sehingga dapat merangkul semua pihak. "Laskar kita akan menjalankan fungsi itu," imbuhnya.
Saat ini anggota di Jakarta mencapai dua ribu orang. Nantinya, Aswaja yang non politis akan dibentuk di seluruh wilayah Indonesia. Pembentukan laskar ini didasari kegelisahan para intelektual Islam akan semakin maraknya paham radikal yang menyebar di Indonesia. paham ini memberangus kearifan lokal yang merupakan ciri dari Islam di Indonesia. "Kita berdayakan laskar untuk berdakwah," jelas Marwan.