Ahad 18 Mar 2012 20:35 WIB

Muslim Myanmar Alami Diskriminasi

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Hafidz Muftisany
Muslim Myanmar
Foto: superstock
Muslim Myanmar

REPUBLIKA.CO.ID, RANGON -- Muslim di Myanmar keluhkan serangkaian diskriminasi dan pelecehan yang terjadi di tanah air mereka. Seorang muslim Burma Myo Win mengatakan, ia sudah merasakan diskiminasi sejak ia kecil.

"Sebagian besar siswa dan bahkan guru melakukan diskiminasi, terutama terhadap kalangan minoritas," ujarnya kepada ABC News, seperti dikutip dari laman onislam, Ahad (18/3).

Menurutnya, para guru dan teman-teman sekolahnya menganggap dirinya orang asing meskipun leluhurnya lahir di Burma. Myo tidak sendirian, Zaw Minn Htwe juga merasakan hal yang sama. Berulang kali ia mengalami pelecehan hanya karena ia seorang muslim.

Ia ingat pernah dipanggil teman sekolahnya dengan sebutan 'kalar'. Artinya, ia bukan berasal dari Burma. "Ini penghinaan, terutama bagi muslim," katanya.

Muslim Myanmar sebagian besar berasal dari etnis minoritas Rohingyas. Jumlahnya sekitar lima persen dari populasi negara tersebut atau lebih dari 50 juta orang. Etnis Rohingyas sudah sejak lama mengalami diskriminasi dan pelecehan dari pihak militer. Bahkan negara tidak berpihak pada mereka.

Amandemen Undang-Undang kewarganegaraan pada 1982 tidak mengakui kewarganegaraan mereka. Mau tidak mau, mereka menjadi imigran ilegal di rumah mereka sendiri. Selain etnis Rohingyas, ada keturunan India muslim yang tinggal di Yangon dan etnis Cina muslim yang akrab disebut Panthay.

Diskriminasi terburuk bagi Zaw terjadi pada 2003. Ketika itu kedai teh keluarganya tiba-tiba diserang sekelompok biksu. Mereka marah karena patung Buddha dirusak oleh Taliban di Afghanistan.

Katanya, biksu-biksu tersebut ingin balas dendam. Tidak ada orang yang menolong Zaw dan keluarganya dalam serangan tersebut. "Kami tidak pernah mendengar mengenai Afghanistan sebelumnya," kata Zaw.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement