REPUBLIKA.CO.ID, Bangunan yang terletak di Jalan Pastour, Teheran itu dikelelilingi gedung-gedung dengan bermacam fungsi. Satu kilometer dari lokasi, terdapat mini market, di seberangnya lagi berdiri Bank Melli Iran. Di sudut perempatan tak jauh dari bank dan mini market, ada sebuah restoran dan Bank milik swasta, Mellat.
Sekilas, tak ada yang istimewa dari gedung itu, seperti yang dilaporkan Nashih Nashrullah dari Republika. Tinggi bangunannya sejajar dengan bangunan lain di sekitarnya. Padahal, di sinilah, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, menjalankan roda pemerintahan. Sekalipun di ujung perempatan Pastour berdiri pos penjagaan, selintas mata memandang tak akan mengesankan bahwa di wilayah ini, terdapat istana kepresidenan. Sejumlah mobil, masih lalu lalang memasuki pos penjagaan.
Di sudut Pastour, sejarah akan mencatat pada Ahad (18/3), ratusan Tim relawan Global March to Jerussalem (GMJ) yang berasal dari 15 negara disambut oleh Ahmadinejad di ruang pertemuan Istana Kepresidenan. Ia didamping sejumlah pejabat penting negara dan parlemen, tampak anggota parlemen dari kubu Ahmadinejad, Mirtaj Aldini.
Dari pos penjagaan utama, para tamu akan melintasi empat hingga lima pos penjagaan polisi. Tas dan barang elektronik dilarang masuk. Di pintu pertama, petugas menyisir anggota badan secara manual dengan dibantu metal detector. Setelah itu, tamu harus keluar dan berjalan menyusuri trotoar, menuju gedung yang terletak 200 meter dari pintu pertama. Prosedur serupa juga diberlakukan. Pemeriksaan ketat. Dengan bantuan lift, tamu bergerak ke lantai ketiga.
Ada jamuan minuman ringan dan roti bolu di ruangan. Puluhan pengeras suara dibiarkan menumpuk begitu saja di ujung ruang. Kursi berbahan kayu yang mulai usang digunakan tempat duduk sementara para tamu, sebelum menuju ke ruang aula pertemuan.
Di auditorium, podium kayu polos berplitur coklat telah disiapkan di atas panggung kayu berlapiskan karpet hijau. Presiden, pejabat parlemen, dan petinggi pemerintahan, menduduki kursi dengan jenis dan ukuran sama dengan para peserta. Semuanya duduk di atas kursi kayu, dengan balutan sofa yang tak lagi empuk.
Dengan senyum merekah, tokoh penting Revolusi Islam Iran 1979 tersebut tiba di auditorium dan menyalami beberapa peserta, lalu duduk di barisan depan. Ia tak mengenakan rompi antipeluru. Hanya jas dan kemeja yang melekat di tubuh mungilnya itu.
Dalam pidatonya, Ahmadinejad memberikan apresiasi bagi GMJ. Kuantitas boleh sedikit, tetapi gerakan ini akan mencetak sejarah. Bila ada asumsi, bahwa jumlah sedikit dan aksi gurem tak ada manfaat di hadapan Israel, maka anggapan ini salah kaprah.
Dengan modal keyakinan dan kesungguhan, maka bisa mengubah mata dunia. Hijrah Rasulullah hanya 400 kilometer, tetapi mampu mengubah kondisi umat manusia. “Kemerdekaan Al Aqsa akan tercapai,”katanya