REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Partai Golkar mulai menjajaki sistem proporsional tertutup dalam Pemilu. Sistem ini dinilai efisien untuk memperkuat institusi parpol sehingga perlu dipertimbangkan.
"Selama untuk memperkuat parpol kita akan pertimbangkan," kata Wasekjen Golkar, Ibnu Munzir, saat dihubungi, Rabu (21/3).
Penjajakan Golkar ini bermula dari kegelisahan akan maraknya anggota dewan saat ini yang kurang berkualitas. Sehingga diperlukan adanya sistem proporsional yang efektif untuk melahirkan anggota dewan yang berkualitas.
Namun demikian, Golkar sampai saat ini masih menyepakati sistem proporsional terbuka. "Kita akan melihat perkembangan lobi ke depan. Tidak menutup kemungkinan kita akan beralih ke sistem tertutup," ungkap Munzir.
Tidak hanya melalui sistem, Golkar juga memperkuat tekadnya untuk melahirkan anggota dewan berkualitas dengan memperkecil kursi per dapil. "Dalam rapat setgab semalam diusulkan 3-10. Kami menginginkan maksimal 3-8," jelas Munzir yang juga Wakil Ketua Fraksi Golkar ini.
Intinya, Golkar menginginkan adanya perubahan sehingga jangan sampai Pemilu yang akan datang sama saja dengan Pemilu lalu. Pada Pemilu 2009, jumlah kursi per dapil 3-10. Yang akan datang, menurutnya, harus dibatasi, sehingga konstituen lebih mudah mengenal wakilnya di parlemen.
Dalam rapat Sekretariat Gabungan (Setgab) semalam, parpol masih tidak menemukan kesepakatan terkait PT. Demokrat menginginkan empat persen. Golkar lima persen. Parpol lain menginginkan maksimal 3,5 persen. Sistem pemilu mayoritas menginginkan terbuka. Hanya PKS dan PKB yang menginginkan tertutup. Golkar masih menjajaki sistem tertutup.