REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Pemimpin deklarasi kudeta militer di Mali muncul dalam sebuah wawancara di sebuah televisi negara tersebut. Dia meyerukan untuk tenang dan menyangkal laporan mengenai penjarahan SPBU oleh tentara dan pembajakan mobil di ibu kota Bamako.
"Saya menyeru kepada semua warga Mali untuk menghentikan penjarahan. Aksi perusakan bukan dari tentara kami. Ini bukan misi mereka, ini bukan perlawanan mereka," ujar Amadou Sanogo, seorang kapten tentara, Jum'at (24/3).
Menurutnya, seragam militer mudah ditemukan di pasar-pasar. Terdapat orang-orang yang ingin merusak citra para tentara, katanya. Sanogo meminta untuk mengakhiri penjarahan di tengah laporan mengenai tembakan dan pelanggaran hukum di ibukota Bamako.
Situasi negara tengah tegang dengan laporan penembakan sporadis di Ibu kota. Peristiwa tersebut terjadi 48 jam setelah muncul kudeta terhadap Presiden Amadou Toumani Toure. Meski demikian, pemimpin kudeta menyatakan kondisi aman terkendali.
"Kami menjamin semuanya baik," ujar sebuah pernyataan dari para pemimpin kudeta.
Warga Bamako, Adama Quindo mengatakan warga ketakutan karena tentara seringkali menjarah mobil dan membobol toko. Di Bamako, sebagian besar toko, pom bensin dan tempat bisnis lain ditutup. Namun, beberapa warga memberanikan keluar karena harus mencari kebutuhan. Selain itu, penjarahan juga menyebabkan kelangkaan bahan bakar. Harga Bahan bakar meningkat dua kali lipat menjadi USD 2,60 per liter.