REPUBLIKA.CO.ID, MAKHACHKALA -- Bagi Guus Hiddink, sepertinya uang bukanlah segalanya. Hal itu bisa terlihat dengan ditolaknya tawaran klub Cina yang siap menjadikannya sebagai pelatih bergaji tertinggi di dunia. Tapi Hiddink menolak tawaran itu. Ia menyatakan tak ingin dikenal sebagai pelatih pengumpul uang.
"Klub yang menawarkan saya gaji tertinggi adalah Guangzhou Evergrande," ungkap Hiddink.
Mantan Pelatih Chelsea itu melanjutkan, "Sebagai klub yang didukung Evergrande, perusahaan raksasa, Guangzhou menawarkan saya gaji setelah pajak £15 juta per tahun."
Menurut Hiddink, gaji sebesar itu adalah absurd. Ia lebih suka menerima tawaran klub asal Rusia, Anzhi Makhachkala, yang tak kalah kaya dari Guangzhou.
Di Anzhi saja, Hiddink ditawari segepok uang. Tercatat ia menerima gaji setelah pajak £175 ribu per pekan, atau £9 juta per tahun. Gaji sebelum pajak diperkirakan £300 ribu per pekan.
"Saya tidak ingin membicarakan soal gaji. Tapi percayalah, saya adalah orang paling disukai petugas pajak," tegas pelatih asal Belanda itu.
Pelatih yang sukses mengantarkan Korea Selatan menembus semi final Piala Dunia 2002 lalu itu mengaku masih belum lupa bagaimana Guangzhou Evergrande sedikit memaksanya untuk membubuhkan tanda tangan di surat kontrak.
Guangzhou adalah kota dengan 12 juta penduduk, kota terbesar setelah Hongkong. Menurut Hiddink, Guangzhou pasti kota yang menyenangkan. Meski mengaku sempat tergiur, tapi ketika pemilik Guangzhou mendorongnya untuk segera meneken kontrak lima tahun, Hiddink langsung menolaknya.
"Saya katakan jangan sodorkan kontrak kepada saya. Coba sodorkan rencana pengembangan sepakbola yang Anda miliki," kisah pria yang pernah menukangi Timnas Rusia dan Australia itu.
"Saya tidak ingin menjadi orang yang diberi cap money grabber," tegas pelatih 65 tahun itu.
Klub-klub Cina kini aktif mendatangkan pemain dari Eropa. Shanghai, misalnya, memboyong Nicolas Anelka dan dikabarkan membidik striker Chelsea, Didier Drogba.