REPUBLIKA.CO.ID, Pada 1684 Syekh Yusuf diasingkan ke Srilanka. Dan pada tahun 1693, ia dibawa lagi ke Cape Town, Afrika Selatan, dan ditempatkan di Zandvliet, sebuah daerah pertanian dekat muara Sungai Eerste.
Sekitar enam tahun di Cape Town, akhirnya Syekh Yusuf wafat pada tahun 1699 dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan di Faure, tidak jauh dari tempat tinggalnya. Guna mengenang Sang Guru, bangunan bekas tempat tinggalnya di Afrika Selatan dijadikan bangunan peringatan yang diberi nama 'Karamat Syaikh Yusuf'.
Hingga saat ini, di mana letak makam Syekh Yusuf masih simpang siur. Sedikitnya ada empat tempat yang menyebutkan makamnya, yakni di Cape Town (Afrika Selatan), Srilanka, Banten, dan Gowa (Makassar).
Konon, setelah meninggal dunia selama beberapa tahun, pemerintah Sulawesi Selatan meminta kepada pemerintah Afrika Selatan agar jenazah Syekh Yusuf dikembalikan ke Gowa. Namun, menurut sebuah versi, sesampainya di Srilanka, pemerintah setempat menahannya dan menukarnya dengan jasad yang lain.
Dalam versi lainnya, setelah dari Srilanka, jenazah Syekh Yusuf dibawa ke Indonesia. Namun, sesampainya di Banten, lagi-lagi jasadnya ditukarkan dengan yang lainnya. Dari Banten lalu dibawa lagi ke Makassar.
Banyak pihak yang menyakini bahwa hingga kini makam Syekh Yusuf ada di Afrika Selatan. Namun demikian, banyak pula yang meyakini makamnya ada di Banten serta di Makassar.
Namun, menurut sejawaran Prof Anhar Gonggong, makam Syekh Yusuf yang sebenarnya berada di Lakiung, Sulawesi Selatan. Hal ini dibuktikan dari beberapa sumber sejarah yang menyatakan bahwa jenazah Syekh Yusuf dibawa ke Gowa oleh Belanda atas permintaan Sultan Abdul Jalil. Peristiwa itu terjadi sekitar April 1705, di mana kerandanya tiba di Gowa untuk kemudian dimakamkan di Lakiung keesokan harinya. Wallahua'lam.
Pengaruh Syekh Yusuf di Afrika Selatan hingga kini masih sangat besar. Mantan Presiden Afrika Selatan yang juga pejuang anti-apartheid, Nelson Mandela, menyebut Syekh Yusuf sebagai salah seorang putra Afrika terbaik dan pemberi inspirasi bagi masyarakat setempat. Bahkan pemerintah Afrika Selatan pada tanggal 25 September 2005 lalu menganugerahkan gelar pahlawan nasional bagi Syekh Yusuf. Pemerintah Indonesia pun telah menetapkannya sebagai pahlawan nasional pada 1995.
Dalam sebuah kesempatan, pemerintah Indonesia seperti disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama dengan pemerintah Afrika Selatan, memerintahkan Departemen Agama dan para sejarawan untuk menulis ulang biografi Syekh Yusuf Makassar sebagai teladan bagi generasi kini dan mendatang.