REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Penanganan pasca terjadinya aksi terorisme dinilai bukan masalah sepele. Paling tidak, menurut Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dibutuhkan kordinasi dan kerjasama antara 28 instansi untuk menanggulangi dan menangani dampak yang ditimbulkan.
Kepala BNPT Ansyaad Mbai mengatakan, target utama dari penanganan pasca aksi terorisme adalah memininalisir korban sesedikit mungkin. Seluruh instansi yang terlibat harus mengutamakan keselamatan para korban.
"Jangan sampai yang setengah mati, menjadi satu mati," kata dia usai menggelar simulasi aksi terorisme di Pusat Pendidikan Zeni (Pusdikzi) Bogor, Rabu (28/3).
Dalam simulasi tersebut, sebuah bom mobil meledak di sebuah jalan protokol di ibukota. Dua orang teroris pelaku bom bunuh diri tewas di tempat. Ledakan bom tersebut juga menewaskan 20 warga sipil dan melukai puluhan lainnya. "Bom itu hanya upaya pengalihan perhatian dari perampokan bersenjata di bank sentral," kata Kepala kordinator lapangan BNPT Nuryasin.
Di saat yang hampir bersamaan, puluhan kelompok bersenjata memasuki lobi utama bank sentral. Berbagai satuan dari kepolisian langsung merapat ke lokasi. Baku tembak sempat terjadi. Upaya perampokan akhirnya dapat digagalkan.
Sandera pun dapat dibebaskan dan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. "Personel yang dikerahkan seluruhnya berjumlah 179 orang dari 28 instansi," terang Nuryasin.