REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG - Para narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Palembang memiliki kemampuan menghasilkan produk kualitas ekspor. Bahkan karya mereka kini pun telah diekspor sehingga bisa memberi pendapatan bagi mereka.
Memang kegiatan ekspor kerajinan para Napi diperlukan kerja sama dengan pihak ketiga, demikian kata Kepala Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A, Rosnaida Bc.IP SH, di Palembang, Senin (2/4). Ketrampilan yang dikerjakan para napi seperti merajut, kemudian membuat keset kaki dari kayu, dengan harapan nantinya mereka memiliki bekal setelah keluar dari tahanan.
Sebenarnya, kegiatan itu hanya memanfaatkan memanfaatkan waktu saja, karena pendapatannya tidak seberapa, tetapi untuk menghilangkan kejenuhan setiap hari. Saban hari, kegiatan para napi merentang mulai belajar kerohanian dan olahraga senam, serta ada kegiatan ketrampilan.
Jumlah narapidana wanita di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tersebut, hingga saat ini sebanyak 200 orang, dan yang paling banyak kasus narkoba. Sementara jumlah pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas II A Palembang sebanyak 53 orang.
Kerajinan dihasilkan napi wanita yang diekspor baru dimulai tahun ini. Sebelumnya hanya sebatas produk pameran.
Jadi, para napi wanita nantinya mendapat upah dan uangnya ditabung di koperasi. Ketika mereka keluar dari penjara diberikan sebagai bekal hidup mereka, jelasnya.
Sementara salah seorang napi wanita, Dona mengatakan, mereka membuat keset kaki itu dalam sehari bisa dua lembar per orang dan upahnya sebesar Rp1.000,- per lembar. Lumayan untuk menghilangkan kejenuhan dan pekerjaannya tidak terlalu berat, hanya menganyam kayu-kayu kecil yang sudah disiapkan, katanya.