REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang menempatkan misil anti rudalnya di Tokyo. Tindakan itu diambil sebagai reaksi atas rencana Korea Utara meluncuncurkan satelitnya pada 12 April dan 16 April mendatang. Jepang menduga peluncuran satelit itu hanya kedok untuk menguji coba daya jelajah rudal Korea Utara.
Pyongyang mengatakan peluncuran satelit untuk menandai ulang tahun ke-100 bekas pemimpin Korea Utara Kim Il-Sung pada 15 April. Pyongyang berusaha meyakinkan musuh-musuhnya bahwa peluncuran satelit ini bertujuan damai dengan mengundang para ahli asing dan wartawan.
Namun upaya itu sia-sia. Jepang, Amerika Serikat, bersama sekutunya menyatakan peluncuran satelit Korea Utara melanggar sanksi PBB yang membatasi program rudal Korea Utara.
Kecurigaan terhadap korea Utara mengundang keprihatinan sekutu utama Korea Utara, Cina. Beijing menyerukan seluruh negara dapat mengendalikan diri. “Cina memperhatikan dan khawatir terhadap perkembangan terakhir di semenanjung Korea," kata Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi, Sabtu (7/4), kepada Xinhua.
Bagi pemimpin baru Korea Utara, Kim Jon-Un, peluncuran satelit merupakan hal yang penting. Hal ini karena peluncuran satelit bisa membangun kepercayaan masyarakat terhadapnya sebagai pemimpin yang kuat. Sementara Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda, telah memberikan lampu hijau kepada militer untuk menembak jatuh roket satelit jika mengancam wilayah Jepang.
Kementerian pertahanan Jepang juga mengirim tiga kapal perusak Aegis yang membawa rudal penghalau ke Timur Laut Cina. Kementerian pertahanan juga memasang rudal Patriot di sepanjang gugusan pulau selatan Okinawa, yang diperkirakan bakal menjadi jalur penerbangan roket. "Kami telah mengambil langkah-langkah terbaik yang bisa kita pikirkan pada saat ini," kata Wakil Menteri Pertahanan Jepang, Shu Watanabe kepada kantor berita Jepang NHK, Ahad (8/4).