REPUBLIKA.CO.ID, AL-ARISH -- Ledakan pipa minyak Mesir kembali terjadi pada Senin (9/4) dini hari di wilayah Sinai utara kota pantai mediterania, al-Arish. Ledakan pipa minyak Mesir untuk Israel ini adalah ke 14 kalinya terjadi setelah tumbangnya rezim Mubarak 2011 lalu.
Warga di kota al-Arish mengatakan kepada Reuters, bahwa mereka mendengar suara ledakan keras dini hari. Hingga saat ini, tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan instalasi yang menyalurkan minyak ke Israel ini.
Selama tumbangnya rezim Mubarak, pengamanan pipa minyak Israel di wilayah Sinai utara semakin longgar. Ini dimanfaatkan bagi para pejuang revolusi Mesir untuk menghancurkan instalasi minyak yang menyalurkan minyak Mesir ke Israel. Dengan pegamanan yang terus longgar, pemerintah sementara Mesir pun telah menutup instalasi ini sejak ledakan sebelumnya pada 5 Februari lalu. Hingga jatuhnya rezim Mubarak, telah 20 tahun Mesir menjalin kerjasama minyak dengan Israel.
Selama rezim Mubarak, para kritikus Mesir menuduh Israel juga membayar rendah untuk bahan bakar dari Mesir ini. Maka kebijakan minyak Mubarak yang tidak populer di mata rakyat Mesir mengundang perlawanan setelah rezim ini runtuh.
Beberapa ledakan sebelumnya telah memaksa perusahaan minyak Mesir, Egas dengan anak perusahaannnya Gasco, menutup instalasi minyak Mesir. Terutama di sepanjang pipa Sinai dan perbatasan Israel.
Mesir mengatakan pada bulan November mendatang akan kembali memperketat keamanan di sepanjang pipa minyaknya. Pengamanan ketat ini dengan alarm di sepanjang pipa dan patroli keamanan dari para Badui di sekitar daerah tersebut.