Selasa 10 Apr 2012 19:09 WIB

Muslim Swiss Minta Prancis tak Provokatif

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Muslim Perancis shalat Jumat di jalan
Muslim Perancis shalat Jumat di jalan

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kondisi Muslim dan Perancis menarik perhatian cendikiawan Muslim asal Swiss, Tariq Ramadhan. Menurutnya, politisi Perancis harus bekerja keras untuk menyatukan negara mereka.

"Daripada bicara tentang daging halal, burqa, dan identitas nasional Perancis. Sebaiknya Anda harus mempersatukan hal itu," kata Tariq yang menghadari Konferensi Islam Tahunan di Le Bourget, Prancis, seperti dikutip onislam.net, Selasa (10/4).

Tariq juga menyesalkan penembakan yang juga menewaskan pelakunya, Mohammed Merah. "Tentu saja hal itu perlu dikritik. Tapi saya tidak mengharapkan Pemerintah Perancis menambah panas situasi," ucapnya.

Salah satu pemikir Muslim Eropa terkemuka itu pun meminta Muslim Perancis untuk bersatu mempromosikan citra positif tentang Muslim dan Islam. Menurutnya, hanya dengan cara itu Muslim Perancis dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat.

Tariq merupakan sosok yang getol mengutuk terorisme dan ekstrimisme. Majalah Time menobatkan Tariq sebagai satu dari 100 inovator dari abad 21 atas gagasannya tentang Muslim Eropa.

Seperti diberitakan, Muslim Prancis tengah menghadapi tekanan berat. Sebagai gambaran saja, selepas peristiwa Toulouse, Presiden Perancis, Nicholas Sarkozy segera mencekal ulama Muslim untuk datang ke Perancis.

Selang beberapa hari, Pemerintah Perancis kembali mengeluarkan pernyataan yang intinya melarang ulama Saudi, Ayed bin Abdullah Al-Qarni dan Abdullah Basfar memasuki Perancis. Hal yang sama berlaku pula untuk ulama Mesir, Safwat Al-Hijazi dan mantan mufti Yerusalem, Akrama Sabri.

Belum lagi masalah daging halal yang terus dipersoalkan. Kondisi itu kian lengkap dengan perlakuan diskriminasi terhadap Muslimah. Karena itulah, pertemuan Le Bourget menjadi krusial lantaran di tempat ini komunitas Muslim Perancis bertemu dan bertukar pikiran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement