REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Puluhan pedagang menyesaki area stasiun kereta api Duri, kelurahan Duri Utara, kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Mereka tidak hanya memadati stasiun. Namun menjalar sampai ke bantaran rel kereta api.
Para pedagang menggelar dagangannya di sela dan bantaran rel kereta api. Sebagian tampak telah memiliki lapak atau kios sederhana. Namun tak sedikit pedagang yang memilih menawarkan dagangannya di sela-sela rel kereta api.
Stasiun Duri memiliki empat ruas rel. Keempatnya masih aktif dipakai. Namun puluhan pedagang nekat meggelar lapak di sela-sela rel. Dagangan yang dijual beraneka ragam. Mulai dari aneka kebutuhan pokok, pakaian, hingga peralatan pertukangan.
Nurbaeti (53 tahun) merupakan pedagang veteran di pasar ini. Ia telah berjualan sejak tahun 1987. Pedagang sembako ini mengaku pernah mencoba berjualan di sela rel sampai akhirnya memiliki kios di bantaran rel. "Dahulu sampai tahun 90-an kita hanya berjualan pada malam hari. Setelah kereta api berhenti beroperasi. Pembeli pun ramai hanya pada saat akhir pekan" tuturnya pada Republika, Selasa (17/4).
Tetapi sejak tahun 2002, menurut Nurbaeti, aktifitas di pasar semakin ramai. Pedagang semakin banyak. Pembeli pun datang setiap hari, tidak hanya pada hari Sabtu dan Ahad. “Jadi sama aja seperti pasar biasa. Dari pagi sampai pukul sembilan malam. Lokasinya saja yang berbeda, di bantaran rel kereta api” ujar wanita bertubuh subur ini.
“Paling ramai sore menjelang malam. Selain warga sekitar, calon penumpang kereta api juga berbelanja disini” cerita Antin (38). Wanita asal Pandegelang, Banten ini menjual aneka ikan kering di sela rel kereta api. Sambil memegang paying, ia sesekali mengusir lalat yang mengerumuni dagangannya. Antin sudah delapan tahun berjualan di pasar Duri.
Walaupun memilih menggelar dagangannya tepat di samping rel, Antin mengaku tidak pernah takut. Menurutnya, ketika kereta lewat ia langsung menutup dagangannya dengan plastik. Selain itu, ada beberapa orang yang akan memperingatkan para pedagang ketika kereta akan melintas. "Nanti mereka bunyikan pluit. Kalau ada kereta mau lewat. Jadi kita bisa siap-siap" kata Antin.