Ahad 22 Apr 2012 20:27 WIB

One Day No Rice Bukan Mengharamkan Nasi

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Hafidz Muftisany
Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail
Foto: Republika/Fachrul Ratzi
Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail

REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK -- One Day No Rice, atau 'satu hari tanpa nasi, bukanlah gerakan yang digencarkan untuk 'mengharamkan' makan nasi yang terbuat dari beras. Akan tetapi, ODNR, adalah gerakan untuk menjalankan hidup dengan cara yang sehat, melalui upaya penganekaragaman pangan untuk dikonsumsi.

"Bukan tidak boleh makan  nasi, hanya sekali saja mengganti nasi dengan produk panganan non beras," terang Wali Kota Depok, Nur Mahmudi Isma'il, kepada Republika, Kamis (19/4) lalu.

Mahmudi menjelaskan, gerakan dengan mengganti nasi dengan umbi-umbian, jagung, kacang-kacangan dan panganan non beras lainnya ini sebagai sumber karbohidrat, bukanlah gerakan baru dimasyarakat. Ia mengatakan gerakan yang bersifat nasional pernah digulirkan sejak masa Orde Lama, maupun Orde Baru, dan sampai saat ini. Akan tetapi, persoalannya terletak pada keseriusan dalam konsepsi, maupun edukasi yang tidak berjalan secara menyeluruh.

Ia melanjutkan, gerakan tersebut juga bukan bermaksud untuk menghambat program Kementerian Pertanian RI (Kementan) dalam upaya peningkatan produksi padi nasional 2014 mendatang, baik secara intensifikasi maupun dalam ekstensifikasi.

"Tetapi justru, gerakan ini adalah upaya konkrit untuk mengubah ketergantungan masyarakat terhadap beras maupun terigu," kata Mahmudi, Ahad (22/4).

Menurutnya, secara terminologis, ODNR bukan saja akan mampu menjaga ketahanan pangan nasional di Indonesia. Akan tetapi, dengan mengganti pasokan karbohidrat dari produk non beras dan terigu, dapat dimaknai sebagai gerakan untuk mengavaluasi kecukupan gizi individual. Sekaligus merubah pola makan yang bergizi, beragam, seimbang, dan harus aman (B2SA).

"Menggantikan nasi sekali dalam sehari, dengan asupan karbohidrat dari yang lain, tanpa mengurangi kadar gizinya," kata Mahmudi.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement