REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK - Seorang redaktur jejaring sosial Thailand terancam hukuman penjara puluhan tahun karena pernyataan yang menghina raja. Pernyataan itu merupakan kiriman dari orang lain yang muncul di jejaring sosialnya.
Pengadilan Bangkok pada hari Senin akan memutuskan tuduhan-tuduhan terhadap Chirannuch Preamchaiporn. Dia bisa divonis 20 tahun penjara jika terbukti melakukan pelanggaran undang-undang tentang penghinaan terhadap raja dan keluarganya dan undang-undang komputer.
Chiranuch, redaktur jejaring sosial terkenal Prachatai, membantah tuduhan-tuduhan bahwa ia tidak menyingkirkan 10 kiriman pesan langsung yang dianggap sebagai kritik terhadap monarki pada tahun 2008.
"Saya kira saya tidak bersalah. Saya kira saya telah melakukan hal yang benar. Memperjuangkan ini adalah cara untuk membuktikan saya benar," katanya kepada AFP.
Kasus Chiranuch mendapat perhatian luas internasional, karena ancaman hukuman dan fakta bahwa tuduhan-tuduhan itu berkaitan dengan komentar-komentar dari orang lain yang menurut terdakwa telah dibuang secepat mungkin.
Ia juga membuat satu keputusan yang tidak biasa untuk membantah tuduhan-tuduhan itu karena terdakwa dalam sidang pelanggaran undang-undang mengenai penghinaan terhadap raja Thailand biasanya mengaku bersalah dengan harapan menerima pengampunan dari raja.
Keluarga raja adalah satu topik yang sangat peka dalam konflik politik. Raja Bhumibol Adulyadej, yang dihormati banyak warga Thailand sebagai setengah dewa masuk rumah sakit sejak Septeber 2009.
Para pengamat mengatakan penghukuman berdasarkan undang-undang iitu-- yang melarang mengecam raja, ratu, para ahli waris atau wali -- mencuat setelah kudeta 2006 oleh para jenderal royalis yang menyebabkan kerajaan itu pecah dalam kelompok-kelompok politik yang mendalam.