REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Takmir Masjid Agung Al-Azhar, Nasrul Hamzah, mempertanyakan motivasi Wakil Presiden Boediono yang mengeluhkan suara azan yang keras. Ia mengatakan, azan itu merupakan alat untuk memanggil umat Muslim menunaikan ibadah sholat.
''Terus terang kita tidak bisa memahami pernyataan wapres. Ini adalah hal yang sensitif dan bisa memiliki banyak tafsiran,'' kata Nasrul kepada Republika melalui saluran telpon di Jakarta, Senin (30/4).
Nasrul mengatakan suara azan itu hanya dilantunkan pada waktu-waktu tertentu saja. Jika mau mengeluhkan, kata dia, tentunya bisa mempersoalkan suara-suara lain yang juga keras. ''Azan itu tidak hadir setiap saat. Justru banyak dari jamaah kita yang merasa terbantu dengan suara azan ini karena mereka menjadi mengetahui waktu shalat telah tiba,'' jelasnya.
Nasrul juga menjelaskan, lokasi masjid Al-Azhar memang berada cukup jauh dari tempat tinggal. Kondisi ini, kata dia, membuat pengurus harus memperbesar pengeras suara azan. Sejauh ini, kata dia, hampir dapat dipastikan tak ada komplain dari umat muslim dengan suara azan yang keras.
Tugas sebagai pengurus masjid, kata Nasrul, adalah mengajak seluruh umat muslim agar sering-sering menyambangi masjid. ''Jika hal yang utama (shalat lima waktu) saja sudah tidak lancar, bagaimana mungkin kegiatan lainnya bisa membuat masjid itu menjadi makmur,'' katanya.