REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Sepuluh tahanan Palestina yang melakukan aksi mogok makan massal di penjara Israel dilarikan ke rumah sakit, Sabtu (5/5). Mereka termasuk di antara 1.500 sampai 2.500 tahanan yang mogok makan untuk memprotes Israel agar mengakhiri penahanan tanpa pengadilan.
Juru Bicara Penjara Israel, Sivan Weizeman, mengatakan 10 tahanan tersebut dipindahkan ke klinik penjara untuk pengawasan secara medis. Weizeman tidak mengatakan kapan para tahanan tersebut dipindahkan atau pengobatan medis apa yang diterima.
Sahar Fransiskus dari kelompok hak asasi manusia untuk tahanan Palestina Addamer, mengatakan para tahanan telah dipindahkan pada waktu yang berbeda pada pekan lalu.
Seorang tahanan yang di bawah pengawasan medis adalah tahanan yang paling lama melakukan aksi mogok makan. Tahanan lain, Bilal Diab, dipindahkan ke sebuah rumah sakit sipil pekan lalu. Diab telah menolak makanan selama 68 hari.
Kedua orang itu tampil di Mahkamah Agung Israel, Kamis (3/5), untuk mengajukan gugatan menyangkut penahanan mereka yang tanpa tuduhan. "Diab pingsan dalam sidang itu," kata pengacaranya.
Aksi mogok makan massal ini merupakan protes terbesar dalam penjara selama setahun terakhir, meski terdapat perbedaan jumlah pemogok makan baik dari pihak Israel dan Palestina.
Aksi ini melibatkan seperempat hingga setengah dari seluruh tahanan Palestina di penjara-penjara Israel yang diperkirakan mencapai 4.600 orang. Sebagian besar menolak makan dari 19 hari yang lalu, namun selebihnya mogok makan dari 40 sampai 70 hari.