Rabu 09 May 2012 13:01 WIB

Mayoritas Muslim Prancis Pilih Hollande

Rep: Agung Sasongko/ Red: Karta Raharja Ucu
Presiden baru Prancis, Francois Hollande.
Foto: Francois Mori/AP
Presiden baru Prancis, Francois Hollande.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Terpilihnya Francois Hollande sebagai presiden Prancis tidak terlepas dari dukungan Muslim Prancis. Hal itu terungkap dari hasil survei yang dirilis lembaga riset Le Figaro, Rabu (9/5).

Direktur Le Figaro, Julien Goarant mengatakan dukungan umat Muslim Prancis terhadap Hollande merupakan tanda penolakan terhadap Nicolas Sarkozy. "Terungkap dalam hasil riset kami, sekitar 93 persen Muslim memilih Hollande," kata dia seperti dikutip onislam.net, Rabu (9/5).

Sayang Julien tidak menyebutkan secara spesifik alasan mengapa Muslim Prancis lebih memilih Hollande. Yang pasti, Le Figaro melihat faktor retorika anti Islam yang dilontarkan Sarkozy menjadi kunci pertimbangan Muslim Prancis untuk tidak memilih kembali Sarkozy.

Sementara itu, jajak pendapat lain juga menunjukan adanya dukungan Muslim Prancis untuk kandidat dari partai sosialis. Disebutkan, sekitar 85 persen responden muslim yang turut serta dalam survei mengaku memilih Hollande.

Menurut survei tersebut, prosentasi itu lebih tinggi dari putaran pertama yakni 59 persen Muslim yang memberikan dukungan kepada Hollande. Yang menjadi pertanyaan, apakah kondisi umat Islam bakal lebih baik dari era Sarkozy. Sebab, tantangan ke depan Muslim cukup besar. Tumbuhnya kelompok anti Islam. Belum lagi diskriminasi menjadikan posisi Muslim seolah terjepit.

Perlu dicatat, Hollande menegaskan dirinya tidak akan membiarkan ada pemisahan dalam ruang publik seperti kafe atau kolam renang guna memuaskan masyarakat Muslim. Ia pun memastikan untuk tetap mendukung larangan terhadap Muslimah untuk mengenakan jilbab atau burka di Prancis.

"Saya akan terus melarang penggunaan jilbab atau burka. Untuk jam renang berbeda tidak akan saya toleransi," kata dia seperti dikutip Asosiated Press, Kamis (3/5).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement