REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan SAR Nasional (Basarnas) mempertanyakan pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sinyalnya tidak dapat terdeteksi. Juru bicara Basarnas, Gagah Prakoso, mengungkapkan seharusnya, setiap pesawat komersial seperti Sukhoi memancarkan Emergency Locater Transmitter (ELT) jika terjadi kecelakaan.
"Sukhoi tidak memancarkan sinyal mengapa? di era teknologi serba cepat dan canggih seperti ini," ungkap Gagah di Bandara Halim Perdanakusuma, Kamis (9/5).
Bahkan, ungkap Gagah, dua satelit di Singapura dan Australia sebagai back up untuk mendeteksi sinyal pesawat jatuh tidak berhasil mendeteksi Sukhoi Superjet 100 tersebut.
Menurutnya, Emergency Locater Transmitter seharusnya bekerja jika terkena gangguan dan terjadi kontaminasi air. Akan tetapi, tutur Gagah, hal tersebut tidak terjadi dengan Sukhoi yang digembar-gemborkan memilki teknologi canggih setara F-16.
Meski demikian, Gagah mengungkapkan ada kemungkinan kalau Sukhoi bukannya tidak memilki pemancar sinyal. Pasalnya, tutur Gagah, pemancar tersebut bisa jadi rusak berat akibat dampak pesawat yang menabrak tebing.
"Bisa jadi terkena dampak itu. Karena pesawat menabrak tebing gunung salak dengan kecepatan 800 km per jam," ujarnya.