Sabtu 12 May 2012 15:20 WIB

Pilot Garuda: Ketinggian Minimal 8.000 Feet

Rep: Ahmad Reza S/ Red: Taufik Rachman
Sukhoi Superjet 100
Foto: Benoit Tessier/Reuters
Sukhoi Superjet 100

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pilot Garuda Indonesia, Jefrey Adrian mengatakan, tidak ada permasalahan jalur penerbangan melewati wilayah gunung atau laut. Sebab, aturan penerbangan di masing-masing negara telah memiliki standar tersendiri dalam mematakan wilayah.

Karena itu, ungkap dia, tidak alasan untuk menyambungkan alasan jatuhnya pesawat komersil sipil Sukhoi Superjet 100 dengan jalur penerbangan.

Menurut dia, dalam pemilihan jalur tersebut, sesungguhnya ada batas minimun yang harus dipatuhi oleh pilot. Dalam hal tersebut, dia mencontohkan adanya keadaan great mora atau wilayah tertinggi dari wilayah yang lebih luas. Selain itu, ada juga mora atau daerah tertinggi dari air ways.

Untuk tragedi yang menimpa Sukhoi Superjet 100, menurut dia, yang harus dipatuhi pilot pesawat buatan Rusia tersebut adalah dengan ketinggian 8.000. "Karena tinggi Gunung Salak itu 7.000," ungkapnya dalam acara diskusi di Jakarta, Sabtu (12/5).

Pada permintaan penurunan ketinggian Sukhoi Superjet 100 dari ketinggian 10.000 menjadi 6.000, Jefrey mengatakan harus ada perizinan dari Air Traffic Control.

Namun, dia enggan menyatakan bahwa turunnya pesawat tersebut pada ketinggian 6.000 kaki dan akhirnya menabrak lereng gunung karena seiziin ATC. "Nanti akan terbongkar dengan data dari black box," ujarnya.

Pada data tersebut, lanjut dia, akan diketahui apakah ada transfer tanggungjawab dari ATC kepada pilot. Kendati demikian, Jefrey mengatakan bahwa faktor terjadinya kecelakaan jangan dilihat tunggal, tapi ada rantai-rantai lainnya.

Menurut dia, semisal ATC atau pilot gagal melakukan filter dengan penurunan ketinggian, sesungguhnya pesawat komersil yang akan dipromosikan tersebut memiliki fasilitas untuk memfilter hal tersebut. "Pesawat bisa melihat area lokasi," katanya.

Apakah permintaan penurunan ketinggian tersebut dilakukan pilot untuk menunjukkan manuver pesawat, pria yang sedang mengikuti audisi kompetisi aerobatik pesawat di Amerika itu mengatakan bisa saja itu dilakukan.

Menurut Jefrey, jika sesorang hendak menawarkan sebuah barang untuk kepentingan berjualan, maka akan ada pertunjukkan kebolehan dari barang tersebut, termasuk pesawat Sukhoi Superjet 100.

Kendati demikian, dia mengingatkan agar sejatinya setiap pilot atau pengusaha pesawat terbang agar selalu mematuhi aturan yang berlaku. Menurut dia, peraturan yang telah ada saat ini sesungguhnya telah memiliki keunggulan.

 "Tapi masalahnya banyak yang tidak mentaati. Jadi jangan mendahulukan kepentingan bisnis di luar kesalamatn," imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement