REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) menegaskan tidak ada kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia. Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya Yuktyanta, bahkan mengaku stok BBM bersubsidi nasional lebih dari cukup.
"Tapi memang kita batasi penyalurannya," ujarnya di Indonesia Petroleum Association (IPA) ke 36, Kamis (24/5). Hal ini, kata dia, dilakukan sebagai tanggung jawab BUMN tersebut untuk menjaga penyaluran BBM agar tetap sesuai kuota sebesar 40 juta kilo liter (KL), hingga akhir 2012.
Terkait isu kelangkaan BBM bersubsidi di Kalimantan, ia mengaku sebenarnya terjadi kelebihan permintaan. Menurutnya, potensi permintaan BBM bersubsidi di pulau tersebut mencapai 3,5 juta KL, dengan komposisi premium dua juta KL, solar 1,2 juta KL, dan kerosene sekitar 286 ribu KL.
Sementara, kuota yang ditetapkan hanya sebesar 3,037 juta KL. Ini meliputi kuota premium sebesar 1,6 juta KL, solar sebesar 1,039 juta KL, dan kerosene sebesar 396 ribu KL.
"Jadi di Kalimantan itu, penyaluran BBM bersubsidinya sudah melampaui kuota, rata-rata sekitar 12 persen," tegasnya. Di mana kuota untuk premium sudah terlampaui 21 persen sedangkan solar terlampaui 10,2 persen.
Menurutnya, hal ini terjadi, karena BBM bersubsidi juga banyak dipakai pertambangan. Padahal, di dalam aturan BBM bersubsidi, pertambangan tidak dianjurkan menggunakan BBM tersebut.
Karenanya, Pertamina dalam waktu dekat akan mengawasi ketat penyaluran BBM bersubsidi terutama di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Hanung mengatakan, bakal ada 110 point of sales (PSO) di SPBU, yang akan memonitor dan merekam pembelian BBM bersubsidi di setiap kendaraan.