REPUBLIKA.CO.ID, Sved mengikrarkan syahadat sebelas tahun lalu, dan mengganti nama depannya menjadi Sayed. Sejak itu, ia banyak membaca untuk memperdalam pengenalannya pada Islam.
Dari sang imam yang pernah meragukannya, Sayed belajar membaca Alquran. Ia juga mempelajari bahasa Arab untuk dapat memahami Kitabullah tersebut.
Bagi Sayed, Islam adalah menyerahkan keinginan diri di bawah kehendak Tuhan. “Mengapa aku mau melakukannya? Karena dengan itu nanti aku akan bertemu dengan Pencipta-ku dan surga-Nya, agar aku berhak atas itu. Itulah Islam menurutku saat ini," ujarnya saat ditanya tentang esensi Islam.
Karena itu, sejak bersyahadat, Sayed tak mau meninggalkan shalat lima waktu dengan alasan apapun. Shalat baginya adalah keluar dan mengistirahatkan diri sejenak dari dunia dan seluruh isinya. “Kita membersihkan diri dan menghadap Sang Pencipta.”
Ia menambahkan, shalat tak menjadi masalah bagi segala aktivitasnya. “Tak ada alasan untuk meninggalkannya. Setiap orang pasti bisa menemukan tempat untuk berwudhu, membasuh diri, dan mendirikan shalat," tambahnya.
Kini, selain ketenangan dan keteraturan hidup, Sayed mengaku menemukan hal berharga lainnya dalam Islam. “Ketika kamu menjadi seorang Muslim, kamu mungkin kehilangan teman, tetapi kamu mendapatkan saudara," ujarnya.
Setelah berislam, Sayed merasa menemukan keluarga baru dan saat itu juga menjadi anggotanya. “Itu sesuatu yang tidak bisa kuperoleh dari gereja-gereja di Jerman.”