REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Nasib Kebun Binatang Surabaya (KBS) hingga saat ini belum jelas akibat banyak kematian satwa beberapa waktu silam.
Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mengungkapkan, pihaknya sudah menyampaikan keadaan tersebut ke Menteri Kehutanan. Gubernur yang akrab disapa Pak Dhe Karwo itu menyampaikan laporan terkait 'over'nya populasi satwa di KBS.
Menurut Pak Dhe, persoalan sakit dan matinya satwa di KBS selama ini akibat berlebihnya jumlah satwa dibandingkan keadaan kandang. Bahkan Pak Dhe sudah menawarkan harga pada Direktorat Jenderal Perlindungan Satwa untuk penyelesaian permasalahan ini.
"Ini hanya perikehewanan saja, jangan sampai hewan mati karena kandang tidak muat," kata Pak Dhe Karwo, Senin (28/5).
Salah satu alternatif yang sempat ditawarkan untuk konservasi satwa di KBS adalah di Wonorejo. Namun, itu hanya alternatif. Terkait pengelolaan KBS kedepan, politisi Partai Demookrat tersebut mengungkapkan hal itu bukan masalah mendesak. Yang justru mendesak adalah bagaimana agar satwa yang ada sekarang tidak sakit dan mati karena kelebihan muatan.
"Untuk pengeleloaannya nanti saja, yang penting jangan ada satwa mati atau sakit karena kandang," tambah Soekarwo.
Sebelumnya, Kepala Harian KBS, Toni Sumampau mengungkapkan, kondisi satwa di KBS dengan ketersediaan kandang sangat jauh. jumlah ideal satwa yang mampu ditampung oleh KBS saat ini adalah 3.000-an satwa. Namun, kenyataannya, jumlah satwa sudah lebih dari 4.000-an.
"Satwa banyak yang mati kerana berkelahi, itu karena kandangnya sudah tidak muat," katanya pada Republika.
Misalnya, kata dia, satu kandang Rusa yanng harusnya diisi enam ekor Rusa, saat ini diisi lebih dari 10 Rusa. Itu mengakibatkan satwa berebut wilayah dan saling berkelahi. Untuk itu, pihaknya sangat senang jika ada pihak luar membatu memperbaiki kandang yang ada di KBS. Beberapa pihak sudah menyalurkan bantuannya untuk membuat atau memperbaiki kanndang agar layak untuk menampung satwa.