REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Meski pembicaraan terkait program nuklir Iran masih dibahas beberapa negara seperti, Amerika Serikat (AS), Perancis, Inggris, Jerman, Rusia dan Cina, pernyataan-pernyataan menyerang negeri Mullah tersebut masih berlanjut. Seperti yang dilakukan baru-baru ini oleh Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak.
Saat menjadi pembicara pada konferensi Institut Studi Strategi Nasional di Tel Aviv, Rabu (30/5), Barak mengumpamakan ancaman nuklir Iran seperti pedang yang dikalungkan ke entitas Zionis. Ia mengatakan beberapa pemimpin Israel merasa negara Yahudi seperti dikalungkan pedang dilehernya sebelum perang enam hari pada 1967.
Selain itu, lanjut dia, para pemimpin negara Yahudi merasa tidak memiliki pilihan untuk melakukan tindakan. Karena itu, ia menilai bahwa ancaman Iran mungkin telah berada pada titik ini, atau mendekati titik ini.
Barak yang kerap menggunakan istilah tidak ada titik untuk kembali terkait program nuklir Iran, mengatakan bahwa pedang yang dikalungkan di leher secara tradisional diartikan telah memulai gencatan senjata dan musuh siap untuk menyerang.
Dijelaskan dia, kemampuan untuk membuat senjata nuklir sudah cukup untuk mengalungkan pedang di leher. "Jika Iran telah memproduksi senjata nuklir, maka akan terlambat untuk bertindak," ujar Barak.
Sementara, ia menambahkan, tidak ada satu negarapun yang ingin perang. Iran, lanjut dia, secara metode telah bekerja untuk menuju pada kemampuan senjata nuklirnya. Barak menuding Iran kerap mengulur-ulur waktu guna memproduksi senjata nuklirnya.
Masih menurut Barak, rezim Iran sedang menyamarkan tindakan tersebut sehingga masyarakat internasional seolah tidak mengetahui ketika mereka memproduksi senjata nuklir secara diam-diam. "Pemerintah iran sedang berusaha untuk memimpin seluruh dunia dengan sesat dan melanggar pengarahan dari IAEA" tandas Barak.