Kamis 31 May 2012 02:45 WIB

Ancaman Nuklir Iran Bak Pedang yang Dikalungkan di Leher Zionis

Ehud Barak
Foto: AP
Ehud Barak

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV - Meski pembicaraan terkait program nuklir Iran masih dibahas beberapa negara seperti, Amerika Serikat (AS), Perancis, Inggris, Jerman, Rusia dan Cina, pernyataan-pernyataan menyerang negeri Mullah tersebut masih berlanjut. Seperti yang dilakukan baru-baru ini oleh Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak.

Saat menjadi pembicara pada konferensi Institut Studi Strategi Nasional di Tel Aviv, Rabu (30/5), Barak mengumpamakan ancaman nuklir Iran seperti pedang yang dikalungkan ke entitas Zionis. Ia mengatakan beberapa pemimpin Israel merasa negara Yahudi seperti dikalungkan pedang dilehernya sebelum perang enam hari pada 1967.

Selain itu, lanjut dia, para pemimpin negara Yahudi merasa tidak memiliki pilihan untuk melakukan tindakan. Karena itu, ia menilai bahwa ancaman Iran mungkin telah berada pada titik ini, atau mendekati titik ini.

Barak yang kerap menggunakan istilah tidak ada titik untuk kembali terkait program nuklir Iran, mengatakan bahwa pedang yang dikalungkan di leher secara tradisional diartikan telah memulai gencatan senjata dan musuh siap untuk menyerang.

Dijelaskan dia, kemampuan untuk membuat senjata nuklir sudah cukup untuk mengalungkan pedang di leher. "Jika Iran telah memproduksi senjata nuklir, maka akan terlambat untuk bertindak," ujar Barak.

Sementara, ia menambahkan, tidak ada satu negarapun yang ingin perang. Iran, lanjut dia, secara metode telah bekerja untuk menuju pada kemampuan senjata nuklirnya. Barak menuding Iran kerap mengulur-ulur waktu guna memproduksi senjata nuklirnya.

Masih menurut Barak, rezim Iran sedang menyamarkan tindakan tersebut sehingga masyarakat internasional seolah tidak mengetahui ketika mereka memproduksi senjata nuklir secara diam-diam. "Pemerintah iran sedang berusaha untuk memimpin seluruh dunia dengan sesat dan melanggar pengarahan dari IAEA" tandas Barak.

sumber : Almanar.com
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement