“Aku menepuk kedua pahaku, lalu beranjak dari dudukku di lantai jembatan. Pandanganku masih lepas ke arah danau. Di mana di dunia ini seorang teman yang tidak pernah menyudutkan?” hal. 77
Ikhsan yang diliputi dendam atas keluarganya mencari kedamaian di Mahameru, Puncak Abadi Para Dewa. Sikapnya yang dingin dan tak peduli, membuat dia memiliki sedikit teman. Tapi, Faras menawarkan kebaikan atas keyakinannya yang sedikit demi sedikit Ikhsan memahaminya.
Di tengah persahabatan ini, Ikhsan menghilang. Itu membuat Faras menelusuri jejaknya hingga Celebes dan mempertemukannya kepada Mareta. Gayung bersambut, Mareta yang memiliki suatu masalah bertemu dengan sosok Faras dengan segala kebaikan dan keyakinannya.
Cara narasi penulis dengan alur campuran, sangat membantu dalam gambaran visual. Ditambah dengan deskripsi alam Indonesia yang luar biasa, plus bumbu quotation puitis romantis dan positif menjadikan cerita dalam novel ini lebih menarik dan unik. Walaupun terdapat beberapa kesalahan editing, seperti tidak munculnya apostrope atau tanda koma atas di beberapa halaman, ceritanya tetap bikin penasaran pembaca.
Tahta Mahameru mengungkapkan persabatan yang dinilai dari sebesar apa keyakinan kita. Keyakinan bahwa berbuat baik adalah suatu sikap tanggungjawab. Terlebih, kepada para sahabat kita yang mengalami masa sulit dalam proses hidupnya. Disitulah kita berperan untuk memberikan yang terbaik dengan cara kita sendiri. Dengan cara kita, yang tentunya mudah dicerna oleh para sahabat kita.
Najla Muzaffari Hanifah
address: jl dermaga baru no 5 karimunjawa jepara, jateng