REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kurangnya kuota BBM bersubsidi tahun ini dinilai akibat kebijakan pemerintah yang salah sasaran. BBM bersubsidi lebih banyak dinikmati oleh orang kaya dibanding orang miskin.
Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI), Nina Sapti Triaswati mengatakan, saat ini terdapat sekitar 90 juta unit mobil di Indonesia. Setiap mobil diasumsikan menikmati subsidi BBM hingga Rp 1 juta per bulan.
"Jadi setiap tahun subsidi BBM salah sasaran lebih dari Rp 100 triliun," kata dia dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (2/6).
Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN) ini berpendapat, cara paling mudah untuk membidik sasaran subsidi yang tepat adalah dengan menaikkan harga BBM. Namun, jika itu tidak bisa dilakukan, maka harus ada kompensasinya.
Salah satu kompensasi tersebut adalah dengan menerapkan pajak tinggi bagi mobil pribadi. Besaran pajak tersebut minimal separuh dari asumsi besaran subsidi yang didapat, yakni Rp 500 ribu per mobil per bulan.
"Teknisnya terserah pemerintah. Lebih baik berdasarkan harga mobilnya. Yang jelas orang kaya harus bayar pajak," tandasnya.
Nina juga mengaku tak setuju dengan wacana penambahan kuota BBM bersubsidi yang diperkirakan habis Oktober mendatang. Menurut dia, penambahan kuota akan sangat membebani APBN. "Kecuali ada kompensasi dari anggaran subsidi Rp 100 triliun yang salah sasaran itu," tukasnya.