Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Menurut pendapat para arifin, huruf ba sebenarnya mengisyaratkan perbuatan Allah yang melekat atau tak terpisahkan dari perbuatan manusia. Karena itu, ba (bism Allah) berarti min (bagian) dari perbuatan Allah.
Meskipun perbuatan Allah tidak terlihat secara visual, kita bisa menyaksikan substansi perbuatan (shudur al-af'al) Allah yang terdapat di dalam semua bentuk perbuatan kita. Eksistensi-Nya dapat dilihat pada setiap makhluk, termasuk perbuatan-Nya.
Dalam bahasa Ibnu Arabi, pena-Nya terus menulis sesuai dengan kemauan-Nya yang kesemuanya mengalir dari titik di bawah ba pada kata Bismillah.
Uraian di atas dinafikan oleh Al-Zamakhsyari, tokoh Mu'tazilah dalam Tafsir Al-Kasysyaf, bahwa huruf ba hanya kelaziman bahasa (malabisah) tidak ada pengaruhnya di dalam memulai suatu pekerjaan.
Hasil akhir sebuah perbuatan ditentukan oleh kualitas dan kuantitas orang yang berbuat. Ia seolah-olah tidak ingin memistikkan basmalah, seperti terkesan di dalam penjelasan tafsir Syiah dan tafsir Isyari.
Golongan Sunni lebih selektif, meskipun punya kecondongan pada pendapat ulama tafsir Isyari. Mereka menganggap membaca basmalah sangat besar pengaruhnya karena menganggap perbuatan itu sebagai ikhtiar.
Karena itu, selain mendatangkan pahala bagi yang membacanya, juga menjadi wujud ketaatan dan kepasrahan hamba kepada Tuhannya. Bagi mereka, fungsi huruf ba ialah sebagai wujud keakraban dan kelaziman (al-mushahabah wa al-mulabasah).
Bagi para filsuf, fungsi huruf ba dalam bism Allah (Baca: Bismillah) adalah lambang kekhalifahan manusia. Apa pun yang kita kerjakan diperintahkan Rasulullah untuk membaca basmalah. Artinya ialah "Atas nama Allah", bukan "Dengan nama Allah". Jika membaca terjemahan yang terakhir ini seolah-olah dimensi mistiknya menonjol. Pokoknya, dengan membaca basmalah (Dengan nama Allah), otomatis ada pertolongan Tuhan.