Senin 04 Jun 2012 21:31 WIB

Denyut Islam di Jantung Negeri Samba (4-habis)

Rep: Prima Restri Ludfiani/ Red: Chairul Akhmad
Muslim Brazil saat melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Brazil (Mosquita Brazil Mosque) di Sao Paulo.
Foto: AFP
Muslim Brazil saat melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Brazil (Mosquita Brazil Mosque) di Sao Paulo.

REPUBLIKA.CO.ID, Masjid Syiah juga menerbitkan majalah dua bulanan dengan nama Uruba. Majalah ini menggunakan bahasa Arab dan dominan bahasa Portugis.

Majalah ini sering membahas tentang kondisi terakhir invasi Israel ke Palestina dan juga mendorong partisipasi Muslim dalam politik Brasil.

Hari Raya Islam seperti Idul Fitri dan Idul Adha juga diselenggarakan secara terbuka. Saat Idul Adha puncak dari ibadah haji, daging hasil dari pemotongan hewan kurban tersedia di beberapa masjid di Sao Paulo. Jamaah dan juga kaum dhuafa di lingkungan sekitar masjid bisa mendapatkan daging kurban dari masjid-masjid ini.

Masjid-masjid di Sao Paulo juga menyelenggarakan kursus bahasa Arab untuk anak-anak. Sementara madrasah yang terpisah dari masjid di bagian lain dari kota membuka kelas untuk guru bahasa arab.

Keduanya, masjid Sunni maupun Syiah menyediakan ruangan besar untuk pusat kegiatan keislaman seperti saat Idul Fitri, bulan Ramadhan, pernikahan maupun perayaan keagamaan lainnya.

Saat shalat Jumat berjamaah, tidak ditemukan perempuan di dalam masjid Syiah. Sebaliknya, di masjid Sunni beberapa Muslimah tampak melakukan ibadah berjamaah dengan jamaah lelaki lainnya.

Di Sao Paulo, masjid-masjid juga menyediakan sarana bagi para mualaf untuk masuk Islam. Di masjid Sunni, hingga tahun 2000 tercatat ada 500 mualaf. Sementara masjid Syiah hanya mencatat 30 mualaf. Mualaf ini salah satunya hadir dari perempuan yang menikah dengan pemuda Islam.

Di masjid-masjid Sunni, yang menjadi imam dan pembicara berasal dari Al-Azhar, Kairo, Mesir. Di mana para imam setelah shalat berjamaah lalu berkhutbah mengenai ajaran-ajaran Islam sesuai ayat-ayat Alquran selama satu jam.

Pemandangan nampak berbeda pada masjid Syiah yang merupakan bantuan dari Pemerintah Iran (negara dengan mayoritas Muslim syiah). Pada masjid Syiah, setelah melaksanakan shalat berjamaah para imam lebih kasual membicarakan permasalahan umat di sekitarnya.

Imam di kedua masjid pun menunjukkan kerukunan saat keduanya saling bersilaturahmi saat Idul Fitri. Di mana hal ini menunjukkan persatuan Islam sebagai minoritas di negara dengan mayoritas pemeluk Kristiani dan menjadi negara dengan jumlah penduduk Katolik terbesar di dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement