REPUBLIKA.CO.ID, Seorang komandan senior Republik Islam Iran mengatakan, hukuman seumur hidup yang dijatuhkan kepada mantan diktator Mesir Husni Mubarak mengindikasikan adanya pengaruh kuat Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel terhadap Dewan Tinggi Angkatan Bersenjata Mesir yang berkuasa.
Brigadir Jenderal Yahya Rahim Safavi, penasehat militer senior untuk Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei, mengatakan, "Dalam pengadilan Mubarak baru-baru ini, terbukti bahwa revolusi rakyat Mesir masih belum berakhir,".
Dalam sidang pengadilan final di Kairo pada tanggal 2 Juni, Mubarak dan mantan Menteri Dalam Negeri Mesir Habib al-Adli dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas pembunuhan sekitar 900 demonstran selama revolusi rakyat di negara itu pada Februari 2011.
Mubarak juga menghadapi tuduhan terpisah seperti korupsi bersama dengan putranya Alaa dan Gamal. Tetapi tuduhan itu dibatalkan.
Pengadilan juga menjatuhkan dakwaan terhadap enam pejabat keamanan lainnya, yang diseret ke pengadilan atas tuduhan pembunuhan terhadap para pengunjuk rasa.
Putusan itu memicu bentrokan sengit antara keluarga korban dan pejabat keamanan di dalam pengadilan. Sementara warga Mesir marah dan menyebut pengadilan tersebut tidak sah serta menuntut supaya Mubarak dieksekusi.
Terkait hal itu, Rahim Safavi mengatakan, rakyat Mesir akan menunjukkan keputusan final mereka dalam pemilihan presiden mendatang, di mana mereka akan memilih jalan yang melewati jantung Islam dan sesuai visi warga Muslim Mesir, karena rakyat Mesir adalah orang-orang yang menentang rezim Zionis Israel.
Pilpres Mesir putaran kedua dijadwalkan akan digelar pada 16-17 Juni. Muhammad Mursi, kandidat dari Ikhwanul Muslimin akan bertarung melawan Ahmad Shafiq, Perdana Menteri Mesir di era Mubarak.
Pada pilpres putaran pertama, Mursi mengantongi lebih dari 24 persen suara, sedangkan Shafiq berada pada urutan kedua dengan meraih suara lebih dari 23 persen.