REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -— Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok mengibaratkan terus menurunnya elektabilitas partai dengan banjir. Artinya, kata dia, penurunan itu masih akan terjadi. Namun, setelah banjirnya usai, baru elektabilitas partai bisa kembali naik.
‘’Yang membuat banjir itu dua hal, Hambalang dan Wisma Atlet. Wisma Atlet sudah membuat opini kalau Anas terlibat, tapi ternyata tidak. Hambalang juga akan begitu,’’ katanya ketika dihubungi, Ahad (17/6). Apalagi, lanjut dia, ketua umum Anas Urbaningrum sudah menyatakan kalau dirinya tidak terlibat di kasus Hambalang. Bahkan, rela digantung di Monumen Nasional (monas) jika memang menerima sepeser uang pun dari Hambalang.
Tinggal kemudian proses hukum yang berjalan, apakah sportif atau tidak. Hanya saja, lanjutnya, ia menyayangkan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang lambat. Ini yang didaulatnya menjadi pendorong kenapa kemudian angka Demokrat di survei-survei terus melorot.
‘’Ini akan masih setengah tahun lagi. Karena KPK lambat. Jadi sampai 2013 kita perkirakan serangan ke Demokrat akan terus bergulir,’’ tambah Mubarok.
Partai, katanya, memperkirakan kalau pada awal 2013 setidaknya baru bisa dipastikan apakah Anas terkait dengan korupsi Hambalang atau tidak. Keputusan ini yang dinilainya akan menjadi titik balik bagi Demokrat untuk meningkatkan elektabilitas di mata masyarkat.
Ditambah, adanya data negara yang memetakan profil korupsi di Indonesia periode 2004-2012. Dari data itu, katanya, akan terlihat siapa saja yang melakukan korupsi, berapa nilainya, dan dari partai mana. Setelah data itu dipaparkan, baru akan terlihat kalau korupsi yang terkait dengan kader Demokrat terbilang kecil jika dibandingkan dengan partai lain.
Karenanya, ia pun mempersilakan bagi siapa pun untuk menghajar Demokrat hingga puas dan kehabisan amunisi. Setelah itu, baru data korupsi tersebut akan dikeluarkan. ‘’Tidak s