Rabu 20 Jun 2012 21:37 WIB

Memahami Nama dan Sifat Kontradiktif Tuhan (3-habis)

Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Sehubungan dengan ini dapat dibagi dua, yaitu Idhafiyyah murni seperti kemahaawalan (awwaliyyah) dan kemahaakhiran (akhiriyyah). Yang kedua, Idhafiyyah yang melibatkan unsur lain dan terkait dengan diri-Nya seperti sifat-sifat ketuhanan (rububiyyah) dan keilmuan (ilm); sifat- sifat ini bisa diabstraksikan dari Hakikat Al-Wujud ketika dihubungkan dengan makhluk-Nya. Sebab, bagaimana bisa disebut Rabb tanpa marbub atau Alim tanpa ma’lum.

Sifat-sifat lainnya ialah Al-Salabiyyah, yaitu suatu sifat yang arti dan kebalikan arti itu terkandung arti noneksistensi, seperti al-Gina (Mahakaya), dapat diartikan secara negasi, yaitu suatu Zat yang tidak mempunyai kebutuhan kepada selainnya.

Beberapa nama dan sifat Allah SWT yang mafhumnya tidak ada masalah jika diartikan sebaliknya. Dengan kata lain tidak semua nama dan sifat Allah SWT saling berkonfirmasi dengan makhluk. Misalnya, Ia Mahabatin (al-Bathin) tetapi sisi lain Ia Mahadzahir (al-Dzahir) dan Ia Mahaawal (al-Awwal) dan sekaligus Mahaakhir (al-Akhir).

Pengelompokan lain nama-nama keindahan dan feminin (Jamaliyyah) dan nama-nama keagungan dan maskulin (Jalaliyyah), sebagaimana pernah diuraikan terperinci di dalam artikel terdahulu. Inti Nama-nama Jamaliyyah menuntut kedekatan Allah dan nama-nama keagungan mengisyaratkan kejauhan Allah dari hamba-Nya. Keindahan punya keagungannya sendiri dan keagungannya punya keindahannya sendiri.

Nama-nama yang berhubungan dengan Jamaliyyah-Nya, antara lain, Mahapengasih (al-Rahman), Mahapenyayang (al-Rahim), Mahalembut (al-Lathif), Mahasabar (al-Shabur), Mahapengampun (al-Gafur), Mahapenerima Taubat (al-Tawwab), Mahaindah (al-Jamal), dan Mahapemberi (al-Wahhab). Sedangkan nama-nama Jalaliyyah-Nya, antara lain, Mahapendendam (al-Muntaqim), Mahaangkuh (al-Mutakabbir), dan Mahapemberi Kerugian (al-Dhar).

Jika berhadapan dengan nama-nama atau sifat-sifat Allah SWT yang berhadap-hadapan satu sama lain, selain dapat diselesaikan dengan pendekatan di atas, masih bisa juga diselesaikan dengan sebuah pengelompokan lagi, yaitu pendekatan yang disebut oleh Al-Qaisary dengan Al-Mumkinat dan Al-Mumtani’at. Hal ini akan dibahas dalam satu artikel khusus mendatang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement