Senin 25 Jun 2012 23:59 WIB

Masjid Istiqlal, Gaya Arsitektur Islam Modern (4-habis)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Masjid Istiqlal, Jakarta.
Foto: Republika/Agung Supri
Masjid Istiqlal, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Toleransi beragama yang tinggi sedari dulu telah ditunjukkan oleh umat beragama di Indonesia. Masyarakat saling membantu untuk membangun tempat ibadah, tidak jarang kemudian dibantu oleh umat agama lain.

Demikian halnya dalam pembangunan Masjid Istiqlal. Sang arsitek Frederich Silaban yang merupakan lulusan terbaik Academie van Bouwkunst Amsterdam tahun 1950 adalah penganut Kristen Protestan yang taat.

Arsitek kelahiran Bonandolok, Sumatera, 16 Desember 1912 itu, merupakan anak dari pasangan suami istri Jonas Silaban Nariaboru.

Untuk menyempurnakan rancangan Masjid Istiqlal, Silaban mempelajari tata cara dan aturan orang Muslim dalam melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih tiga bulan. Selain itu, ia juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia.

Proses panjang

Pembangunan masjid yang diarsiteki Frederich Silaban ini dimulai pada 24 Agustus 1961 atau saat itu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Presiden Soekarno ketika itu langsung bertindak sebagai kepala bidang teknik pembangunan Masjid Istiqlal.

Namun, hingga pertengahan tahun 1960-an, proyek Masjid Istiqlal tersendat-sendat pembangunannya. Di samping karena iklim politik dalam negeri yang cukup memanas kala itu, juga disebabkan pembangunannya berbarengan dengan Gelora Senayan, Monumen Nasional, dan berbagai proyek mercusuar lainnya.

Puncaknya, ketika meletus peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965-1966, pembangunan Masjid Istiqlal terhenti sama sekali. Barulah ketika Himpunan Seniman Budayawan Islam memperingati miladnya yang ke-20, sejumlah tokoh, ulama, dan pejabat negara tergugah untuk melanjutkan pembangunan Masjid Istiqlal.

Dipelopori oleh menteri agama saat itu, KH M Dahlan, upaya penggalangan dana mewujudkan fisik masjid digencarkan kembali. Kedudukan Presiden Soekarno sebagai kepala bidang teknik digantikan oleh KH Idham Chalied, sekaligus bertindak sebagai koordinator panitia nasional Masjid Istiqlal yang baru. Melalui kepengurusan yang baru, masjid dengan arsitektur bergaya modern itu selesai juga pembangunannya.

Semula, pembangunan masjid direncanakan akan memakan waktu selama 45 tahun. Namun, dalam pelaksanaannya, ternyata jauh lebih cepat. Bangunan utama dapat selesai dalam waktu enam tahun. Tepatnya, pada 31 Agustus 1967, masjid sudah dapat digunakan, yang ditandai dengan berkumandangnya azan pertama untuk shalat Maghrib.

Pada 29 September 1967, untuk pertama kali, diselenggarakan shalat Jumat di masjid ini. Secara keseluruhan, pembangunan Masjid Istiqlal diselesaikan dalam kurun waktu 17 tahun. Peresmiannya dilakukan oleh presiden Soeharto pada 22 Februari 1978.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement