REPUBLIKA.CO.ID, NUNUKAN -- Sejumlah patok perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, tidak ditemukan pada posisi awal. Bergesernya patok-patok tersebut disebabkan karena faktor alam, misalnya longsor, terkena hempasan kayu tumbang dan kemungkinan terbawa arus saat banjir.
"Memang ada beberapa patok perbatasan yang tidak ditemukan lagi pada posisinya," ujar Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Batalyon 413 Kostrad, Mayor Inf Joko Maryanto, di Nunukan, Jumat (29/6).
Joko menjelaskan, dari hasil patroli terhadap patok-patok perbatasan yang pernah dilakukan Satgas Pamtas yang selama ini bertugas menjaga pos-pos perbatasan antara Indonesia dan Malaysia, patok tidak ditemukan pada posisi awal, patok perbatasan juga sebagian dalam kondisi rusak.
Kerusakan patok perbatasan itu seperti patah, pecah dan tulisan yang tidak dapat terbaca lagi. "Patok perbatasan yang pecah dan patah ini kemungkinan disebabkan terkena kayu besar karena sebagian yang rusak itu berada di kawasan hutan," jelas Joko.
Terkait dengan perbaikan terhadap patok yang rusak, Joko menyatakan, masalah itu bukan kewenangan Satgas Pamtas Batalyon 413 Kostrad. Tapi menjadi tugas sebuah tim khusus yang dibentuk bersama antara Indonesia dengan Malaysia.
"Jadi posisi tim khusus bersama ini yang berkewenangan melakukan perbaikan terhadap patok-patok yang rusak atau tulisan yang tidak bisa terbaca, Satgas Pamtas tidak terlibat di dalamnya," sebut Joko seraya menegaskan tidak ada patok perbatasan yang bergeser di Pulau Sebatik.