REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Tim ahli geologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) akan meneliti serta memastikan kondisi tanah yang mengalami keretakan di kawasan lereng Batugajah, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, apakah layak untuk dihuni atau tidak.
"Dari hasil pertemuan Wali Kota dengan pakar ITB, sudah ada kesepakatan untuk mengirim sebuah tim yang tiba Minggu (1/7) dan langsung meninju lokasi bencana," kata Wakil Wali Kota Ambon, Sam Latuconsina di Ambon, Sabtu (30/6).
Tim geologi ini akan didampingi Kepala Bappeda dan Kadis PU Kota Ambon untuk meninjau lokasi. Setelah itu, akan melakukan penelitian serta analisa yang mendalam baru bisa diketahui secara pasti apa sebenarnya fenomena yang terjadi, yaitu kerekatan tanah dengan lubang yang menganga ini apakah hanya sementara atau memang bersifat permanen.
Bila hasil analisa tim ahli ini menyatakan bahwa keretakan tanah bersifat permanen, maka Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon akan mengambil langkah antisipatif yang lebih permanen lagi terhadap warga di sekitar lokasi dimaksud, tapi kalau hanya sementara maka pemerintah daerah memikirkan jalan keluar yang terbaik.
"Pemkot masih tetap menunggu hasil investigasi dan analisa tim ahli geologi. Mudahan-mudahan kalau tidak ada halangan maka tim ini akan tiba Minggu besok (1/7) tapi belum diketahui butuh berapa hari untuk mendapatkan hasil analisa mereka," kata Latuconsina.
Kondisi tanah yang retak dan terus mengalami penurunan antara 50 Cm - 80 Cm saat ini di halaman rumah keluarga Aleks Weno dan Doni Huwae yang ditinjau langsung Latuconsina. Sama halnya dengan rumah keluarga Jafet Samiun yang terdapat retakan tanah di bagian dapur dan rumahnya nyaris roboh hingga Gereja Kemah Injili Indonesia (GKII) Jemaat Kalvari.