REPUBLIKA.CO.ID,Terdapat kesan, Arakan relatif hanya dihuni dua etnis, Muslim Rohingya dan Rakhine Buddha. Muslim lebih suka menyebut kawasan provinsi mereka tinggal sebagai Arakan. Rakhine, meski anti Burma dan berusaha memisahkan diri dari Uni Burma (sekarang Myanmar), lebih suka menyebut wilayah Arakan sebagai Rakhine State.
Arakan adalah kata yang netral. Sedangkan, kata Rakhine State berkonotasi mengabaikan eksistensi etnis lain. Namun, Pemerintah Burma lebih suka menggunakan Rakhine State. Sedangkan, Arakan digunakan sampai Inggris berkuasa.
Rakhine State atau Arakan juga menyimpan sejumlah etnis minoritas, Chin, Mro, Chakma, Khami, Dainet, and Maramagri, yang bermukim di kawasan pegunungan. Mereka menganut Buddha, Hindu, dan agama lainnya.
Islam tidak hanya dipeluk Rohingya yang tersebar di sebelah utara Arakan, tapi juga dianut sebagian Rakhine. Rakhine Muslim, demikian peneliti menyebutnya, adalah mereka yang lahir dari perkawinan Rohingya dan Rakhine.
Anehnya, Pemerintah Burma cenderung mengidentikkan Rohingya sebagai Muslim dan Rakhine adalah pemeluk Buddha. Pada 2010, penduduk Rakhine State atau Arakan berjumlah 3,83 juta. Sebanyak 59,7 persen pemeluk Buddha, 35,6 persen pemeluk Islam, dan lainnya Hindu, serta agama lain.
Islam juga dipeluk masyarakat Kaman. Konstitusi Myanmar mengakui Kaman sebagai penduduk asli. Tidak diketahui berapa penduduk Kaman dan Rakhine Muslim. Kabar yang beredar menyebutkan, mereka menjadi sasaran demuslimisasi. Pemerintah Myanmar menuduh Rohingya melakukan Muslimisasi.
Yang juga tidak diketahui adalah apakah Kaman dan Rakhine Muslim menjadi sasaran pembantaian dalam 60 tahun terakhir sebagai akibat penolakan demuslimisasi.