REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia menolak anggapan pembelian sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) tidak sesuai kebutuhan, seperti Main Battle Tank (MBT) Leopard dari Jerman.
Menurut Kasubdit Pendayagunaan Industri Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Kemhan, Kolonel Gita Amperiawan, pihaknya tidak akan melakukan pembelian jika tak sesuai seperti yang dibutuhkan. "Yang paling paham bahwa alat persenjataan itu dibutuhkan atau tidak ya TNI, bukan orang lain," kata dia kepada Republika saat ditemui di kantornya, Selasa (10/7).
Kendati demikian, dia menegaskan bahwa pembelian sejumlah alutsista akan menambah kemampuan Indonesia untuk bisa mandiri dalam hal pengadaan dan perawatan. Sebab, pembelian tersebut dilakukan pihaknya dengan menggunakan metode Transfer of Technology (TOT).
Metode tersebut, jelas Gita, digunakan Indonesia untuk mentransfer teknologi alutsita asal negara lain untuk bisa diproduksi industri pertahanan lokal, seperti PT Pindad, PT PAL, dan Dirgantara Indonesia. Bahkan, pihaknya telah menargetkan tahun untuk industri lokal tersebut mampu memproduksi dan merawat sendiri alutsista yang dibutuhkan.
Semisal pembuatan tank yang ditarget sampai tahun 2014. Sementara untuk jenis pesawat, ditargetkan sampai dengan 2022. "Harapannya setelah itu kita bisa swasembada," kata Gita.