REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk menilai pembentukan anak usaha yang terpisah sebagai pelaku usaha niaga penjualan (trader) gas, bisa membuat harga gas menjadi lebih tinggi. Alur distribusi bakal semakin panjang dan memberatkan end user termasuk sektor industri.
“Kalau pemisahan terjadi tentu akan ada tambahan cost yang diberikan,” tegas Sekretaris Perusahaan PGN, Herry Yusuf, Jumat (13/7). Meski belum bisa memprediksi berapa kenaikan bakal terjadi, ia menuturkan kenaikan bisa saja signifikan.
Karenanya, ia mengaku dengan model bisnis PGN sekarang, sebenarnya harga ke konsumen justru bisa ditekan. Pasalnya ada efisiensi yang terjadi akibat subsidi silang yang dilakukan PGN.
Pendapatan PGN dari sebagai transporter yang kecil bisa dipandang tidak menguntungkan dari segi bisnis. Sehingga, pendapatan PGN dari penjualan gas bisa menambah pendapatan dan menutupi biaya dari usaha transporter.
Meski demikian, Herry tak menampik PGN tetap bisa saja membuat anak usaha baru untuk melakukan pemecahan core bisnis. Tapi dikatakannya, sebagaimana yang biasanya terjadi di negara lainnya, hal ini harus direncanakan secara matang.
Menurutnya, PGN setidaknya memerlukan waktu hingga 10 tahun untuk melakukan ini. “Kita harus pastikan dulu infrastruktur yang ada sudah tersedia dengan lengkap dan menunjang penyaluran gas nasional,” ujarnya.
Dikatakannya kalau ini dilakukan sekarang, langkah ini akan menguntungkan sebagian pihak saja dan tidak bermanfaat pada peningkatan infrastruktur gas domestik. Ia mensinyalir banyak perusahaan penjual gas muncul tapi tidak memiliki keinginan untuk menambah saluran pipa gas di Tanah Air yang selama ini masih kurang.