REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gaji direksi dan komisaris bank-bank di Indonesia dinilai yang tertinggi di Asia Tenggara. Karena itu, Bank Indonesia mengusulkan pemangkasan gaji para direksi dan komisaris dipangkas. Namun, Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menolak usulan tersebut.
Menurut dia, tingginya remunerasi direksi bank di Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, dikarenakan perkembangan bank di Indonesia yang semakin baik. "Data itu perlu dikaji lagi. Sekarang kondisi bank di Indonesia bagus sehingga bayar direksi dan komisaris juga bagus," ujarnya, di Jakarta, Kamis (19/7).
Kondisi perbankan di Indonesia, ujar Sigit, cukup baik dengan ditunjukkan dari Rasio Kredit Bermasalah atau Non Performing Loans (NPL) sekitar 2 persen dan pertumbuhan kredit 2011 bisa mencapai 26 persen. Suku bunga pun merupakan yang terendah sejak Indonesia meraih kemerdekaan.
"Jadi, wajar kalau direksi juga digaji baik, kecuali kondisi perbankannya bermasalah seperti di Amerika, tentu tidak sesuai jika gaji direksinya besar," ungkapnya.
Rasio biaya overhead di perbankan Indonesia dinilai juga tak bisa dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain. Komponen yang membuat biaya overhead tinggi tidak hanya berasal dari gaji, tetapi juga pendirian kantor cabang dan investasi teknologi.
"Bank di Indonesia menempatkan pegawainya di negara kepulauan, sementara di Singapura tambah ATM saja tidak bisa karena wilayahnya sempit. Ini jelas tidak apple to apple (perbandingan yang setara)," ujarnya.
Bank sentral Indonesia (BI) membandingkan biaya rata-rata tenaga kerja nondireksi di empat bank terbesar di Indonesia, masih lebih rendah dengan sejumlah negara ASEAN. Setiap tahun, biaya tenaga kerja di bank Indonesia tercatat mencapai Rp 193 juta per orang. Tapi, biaya tenaga kerja di Malaysia bisa mencapai Rp 236 juta per orang dan Filipina sebesar Rp 300 juta per orang.
Hal itu berbeda untuk biaya remunerasi (bonus) direksi perbankan. Indonesia memiliki biaya remunerasi direksi bank paling tinggi di antara negara ASEAN lainnya. Biaya remunerasi direksi perbankan di Filipina setiap tahun hanya Rp 1,1 miliar, Malaysia sebesar Rp 5,6 miliar, Thailand sebesar Rp 2 miliar, sementara Indonesia sebesar Rp 12 miliar.
Biaya tenaga kerja di Indonesia juga berkontribusi lebih besar dalam biaya overhead perbankan. Bank sentral mencatat kontribusi biaya tenaga kerja terhadap biaya overhead di Indonesia mencapai 2,44 persen. Rasio tersebut lebih besar dibandingkan rasio yang sama di Filipina (1,81 persen), Malaysia (1,74 persen), dan Thailand (1,34 persen).