REPUBLIKA.CO.ID, Semasa hidupnya, Aisyah binti Thalhah menghabiskan waktu untuk beribadah dan banyak berzikir.
Jiwanya bersih, makanya dia dikenal sebagai perempuan mulia yang bisa dipercaya. Karena kebersihan hatinya dia pernah bermimpi bertemu ayahnya yang sudah meninggal 30 tahun lalu.
Dalam mimpinya, Thalhah meminta putrinya segera merapikan rembesan air yang mengganggunya. Begitu terbangun, Aisyah segera memanggil kerabatnya segera menuju makam ayahnya.
Ketika makam Thalhah digali, kondisinya masih utuh seperti sediakala. Namun, sisi badannya berwarna hijau seperti bilur air yang mengalir di tubuhnya. Pembongkaran makam Thalhah bin Ubaidillah dipimpin oleh Abdurrahman bin Salamah Al-Taimi.
Lalu Aisyah membeli sebidang tanah dari Abu Bakarah di Basrah untuk menguburkan kembali ayahnya. Setelah diganti kain kafannya, jenazah Thalhah dikebumikan kembali. Di sekitar makam ayahnya dibangun masjid yang kini banyak dikunjungi.
Kehidupan Aisyah dianggap sebagai perempuan langka di jamannya. Dia memiliki fisik yang nyaris sempurna, wajah cantik dibekali pula budi pekerti yang luhur, cerdas dan rajin beribadah.
Karenanya, banyak ulama memuji dan memasukkan Aisyah sebagai tokoh ilmu hadis dalam golongan perawi yang tsiqah (bisa dipercaya). Selain itu, hadis-hadisnya terkenal bisa dijadikan hujjah, yaitu sandaran argumentasi hukum.
Abu Zar’ah Ad-Dimasyqi berkata, “Aisyah binti Thalhah adalah perempuan mulia yang meriwayatkan hadis dari Aisyah Ummul Mukminin dan banyak orang meriwayatkan hadisnya karena kedudukan dan adabnya.”
Al-Ajli menilai Aisyah binti Thalhah adalah seorang perempuan yang berpikiran positif, seorang tabi’in, dan tsiqah. Aisyah wafat tahun 101 H di Madinah.