REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Cina dan Rusia dihujani kritik setelah memveto resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menjatuhkan sanksi terhadap pemerintah Suriah. Namun, kedua negara tetap kukuh pada keputusannya.
Utusan Cina untuk PBB, Li Baodong, mengatakan, draf resolusi yang diajukan Inggris tersebut mencederai hasil konsensus yang disepakati di Jenewa, Swiss, awal bulan ini. Menurut dia, draf resolusi tersebut berat sebelah dan hanya menekan salah satu pihak. "Jika disepakati, resolusi itu akan merusak perdamaian di kawasan Timur Tengah," kata dia seperti dilansir PressTV, Jumat (20/7).
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin, turut mempertahankan veto. Ia berargumen bahwa draf resolusi tersebut bias. Rusia sejak awal juga sudah memberikan sinyal akan menjatuhkan veto.
Churkin menjelaskan, proposal resolusi yang diajukan Inggris mengandung dua poin yang saling bertolak belakang. Menurut dia, membicarakan sanksi terhadap Suriah adalah langkah yang tidak tepat. "Kami tidak mendukung aksi-aksi yang merugikan," tandasnya.
Churkin juga meminta komunitas internasional untuk fokus mendukung upaya utusan PBB-Liga Arab, Kofi Annan, untuk memulihkan keamanan di Suriah.