REPUBLIKA.CO.ID, Pada tahun 1985, Syekh Yassin dibebaskan dalam rangka pertukaran tahanan antara pihak Israel dengan Front Rakyat untuk pembebasan Palestina, setelah mendekam selama 11 bulan dalam penjara Israel.
Pada akhir Agustus 1988, militer Israel menyerbu rumah kediamannya di Gaza. Mereka melakukan penggeledahan dan mengancam membuangnya dari atas kursi roda ke Lebanon.
Kemudian, pada malam hari tanggal 17 Mei 1989, rezim Israel kembali menangkap Syekh Yassin beserta ratusan aktivis gerakan Hamas lainnya. Tindakan pemerintah Israel tersebut sebagai upaya menghentikan perlawanan bersenjata yang terjadi ketika itu.
Syekh Yassin dituduh mendalangi serangan rakyat Palestina atas Israel dan melucuti senjata serdadu-serdadu Israel, warga Yahudi, serta penculikan terhadap agen-agen Israel.
Pada tanggal 16 Oktober 1991, Mahkamah Militer Israel mengeluarkan keputusan dengan memvonis Syekh Yassin berupa penjara seumur hidup ditambah 15 tahun, setelah disodorkan daftar tuduhan sebanyak sembilan item.
Tuduhan itu, antara lain seruan (provokasi) penculikan dan pembunuhaan terhadap serdadu-serdadu Israel, pendirian gerakan Hamas beserta sayap militer, dan dinas keamanannya.
Di samping menderita kelumpuhan total, Syekh Yassin juga menderita beberapa penyakit lain. Di antaranya, kebutaan di mata kirinya dan lemah pandangan di mata kanannya akibat penyiksaan yang dialaminya saat menjalani penyidikan, menderita radang telinga cukup kronis, alergi paru-paru, serta beberapa penyakit dan peradangan dalam dan usus.
Kondisi penahanan yang buruk membuat kesehatan Syekh Yassin makin merosot, sehingga harus dipindahkan ke rumah sakit beberapa kali. Kondisi kesehatannya terus menurun akibat penahanan dan tidak adanya pelayanan kesehatan yang memadai.
Pada tanggal 13 Desember 1992, sekelompok sukarelawan berani mati (fida'i) dari Brigade Izzuddin Al-Qassam menculik seorang serdadu militer Israel. Brigade Al-Qassam menuntut pelepasan serdadu Israel tersebut dengan kompensasi pembebasan Syekh Yassin dan beberapa tawanan di penjara rezim Israel.
Di antara mereka ada yang sedang menderita sakit, orang lanjut usia, serta beberapa tawanan Arab yang ditangkap militer Israel di Lebanon.
Namun, pihak Israel menolak tuntutan tersebut, bahkan balik melancarkan serangan ke lokasi penahanan serdadu Israel tersebut sehingga menyebabkan kematian komandan pasukan Israel dalam penyerangan tersebut.
Rabu pagi, tanggal 1 Oktober 1997, Syekh Yassin dibebaskan berkat perjanjian yang berlangsung antara pemerintah Yordania dan Israel, dengan kompensasi penyerahan dua orang mata-mata zionis yang tertangkap di Yordania setelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap Khalid Mishal, Kepala Biro Politik Hamas di Amman.