REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain untuk tujuan pelayanan, kenaikkan tiket Kereta Komuter juga dimaksudkan untuk menyatukan kelas-kelas agar tidak ada lagi kereta ekonomi. Humas PT.KAI, Mateta Rizalulhaq menyatakan bukan maksud PT.KAI tidak menyayangi kereta ekonomi.
Pilihan utamanya yakni memanusiakan orang, sehingga tidak terjadi lagi perbedaan kasta. "Walaupun kenyataannya secara materi pendapatan berbeda, tapi kewajiban siapa fakir miskin itu kalau bukan kewajiban pemerintah," ujar Mateta, saat ditemui di Stasiun Kota, Jakarta, Rabu (25/7).
Meteta menyampaikan sarannya kepada pemerintah agar memberikan subsidi bagi fakir miskin untuk pemberian kartu BLT Kereta Api. Sehingga masyarakat yang kurang mampu dapat menggunakan jasa kereta seperti masyarakat lainnya.
Namun bila itu diterapkan, Mateta juga meminta Departemen Sosial juga harus objektif pada saat survei, menyangkut siapa yang benar-benar berhak mendapatkan kartu BLT kereta api tersebut. Sistem subsidinya, jelas Mateta, dilakukan ketika masyarakat pemegang kartu BLT kereta api akan menggunakan jasa kereta api,
Mereka membayar sesuai kemampuan, sisa harga tiket pemerintah yang membayarnya. Misalnya mereka hanya membayar Rp 2.000,- atau Rp 3.000,-.