REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak para pemuda yang menempuh pendidikan di pesantren untuk dapat menunda usia perkawinan atau tidak menikah muda.
"Alangkah lebih baik jika menikah pada usia matang dan tidak pada usia dini," kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Sudibyo Alimoeso di Jakarta, Selasa (31/7).
Sudibyo menyatakan BKKBN terus melakukan sosialisasi secara intensif kepada para santri atau mereka yang menempuh pendidikan di pesantren.
Salah satu pesantren yang telah menjadi lokasi sosialisasi dan pembekalan oleh BKKBN adalah Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang, Jatim, untuk tidak menikah pada usia dini. Sosialisasi tersebut diselenggarakan oleh BKKBN dan Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama Jawa Timur.
Sudibyo menjelaskan, kasus pernikahan dini masih kerap ditemukan di berbagai wilayah di Indonesia dengan usia pernikahan dini antara 16 hingga 19 tahun bahkan ada yang di bawah itu.
Sudibyo Alimoeso menjelaskan, penundaan usia nikah merupakan salah satu program BKKBN dalam menekan laju pengendalian penduduk Indonesia karena pernikahan dini bisa mengakibatkan masa reproduksi yang jauh lebih panjang dibandingkan pernikahan setelah usia yang matang.
Ia menjelaskan, saat seorang perempuan menikah di usia 16 tahun dia mempunyai masa reproduksi jauh lebih panjang dibanding mereka yang menikah di atas usia 25 tahun dimana masa reproduksi yang lama maka kemungkinan untuk melahirkan semakin besar sehingga bisa saja mempunyai anak lebih dari dua bahkan lebih dari lima.
Selain mengajak para santri di Ponpes Darul Ulum Rejoso Jombang untuk tidak nikah muda, Sudibyo juga membekali ribuan santri di Ponpes Darul Ulum dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
"Remaja perlu memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada di sekitarnya," katanya.
Dengan informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi, Sudibyo berharap akan terbentuk karakter dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi.
Sudibyo juga mengatakan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yang baik akan menghindari remaja dari nikah usia dini namun tetap menghindari seks bebas.
"Dengan demikian, maka pemuda dapat terhindar dari bahaya HIV/AIDS yang dapat menular melalui seks bebas," katanya.
Selain itu, kata dia, pengetahuan reproduksi yang baik juga akan membuat para pemuda mengetahui bahaya narkoba dan miras pada proses reproduksi.